Senin, 13 Juni 2016

puisi kasihmu sepanjang masa

Kasihmu sepanjang masa
Karya : Mira Dianti

Ibu...
Sedari ku kecil, kau selalu membimbingku
Merawatku, membesarkanku tanpa lelah
Mana siang, mana malam
Semangat tiada henti
Mengalahkan gemetar kakimu dan segala rasa lelahmu

Ibu..
Segunung emaspun takkan bisa membayar lelah letihmu
Kaulah muara kasih dan sayang
Bagaikan matahari yang selalu bersinar terang
Terima kasih bu...

Jaga kesehatan ya bu
 Disini kuselalu mendoakanmu.
 Jauh darimu membuatku merasa takut
Takut melihatmu sedih
Takut melihatmu gundah
Setiap hari kau selalu kawatir akan keaadan anakmu ini

Oh ibu..
Sampai kapanpun, anakmu takkan pernah lupa
Atas pengorbanan, cinta dan kasih sayangmu
Kaulah pelita dalam hidupku
Maafkan anakmu ini yang banyak salah yang penuh dengan dosa.


ARTIKEL PROFIL FARAH ALWANI


                                 ARTIKEL PROFIL FARAH ALWANI

Farah Alwani atau sering dipanggil Wani ini berasal dari keluarga yang sederhana, wanita yang lahir di Malaysia pada tanggal 3 November 1995 ini adalah anak dari ibu yang bernama Rosnani dan Ayah yang bernama Irwan. Wani adalah anak pertama dari lima bersaudara tiga saudara perempuan dan dua laki-laki. Anak dari ibu Rosnani ini walaupun ia lahir di Malaysia akan tetapi ia dibesarkan di Indonesia tepatnya di kampung sungai jangkang kecamatan kundur utara kabupaten karimun Provinsi Kepulauan riau. Pada umur Lima tahun ia mulai masuk SD dan tepatnya bersekolah di SDN 002 kundur. Setelah 6 tahun menjalani pendidikan di SDN 002 kundur kemudian Wani melanjutkan ke SMP N 1 Kundur, mulai dari Sekolah Menengah Pertama inilah anak dari ibu Rosnani ini sudah sangat gemar berolahraga, dan olahraga yang sangat ia sukai ialah bela diri atau pencak silat. Wani rajin berlatih, pagi ia bersekolah dan sore kembali untuk latihan pencak silat, waktu terus berjalan hingga tidak terasa sudah 3 tahun bersekolah Allhamdulillah gadis ini lulus dan kembali melanjutkan pendidikan di SMA N 2 Kundur, kegemarannya dalam berolahraga tidak putus sampai di Sekolah Menengah Kejuruan saja, akan tetapi di Sekolah Menengah Atas anak dari ayah Irwan ini tetap aktip dan rajin berlatih. Karena kerja keras dan adanya niat serta kemauan dalam diri Farah Alwani untuk tetap berlatih agar bisa mewakili sekolah dan membanggakan orang tua dalam lomba pencak silat, akhirnya pada tahun 2012 ia diutus oleh sekolahnya untuk mengikuti POPDA (pekan olahraga pelajar daerah) Tingkat Kabupaten. Sebelum berangkat untuk bertempur dalam ajang lomba pencak silat, wanita ini terus berlatih dan dengan usaha dan do’a Allhamdulillah ia mendapat juara 3. Walaupun belum bisa mendapat juara yang pertama wani tidak menyerah dan putus asa, melainkan itu menjadikan pelajaran dan pengalaman bahwa untuk kedepannya harus lebih giat lagi belajar dan berlatih. Kemudian pada tahun 2014 gadis ini kembali mengikuti perlombaan yaitu PORPROV (pekan olahraga tingkat Provinsi) Tingkat Provinsi gadis dari ibu Rosnnai ini kembali diberikan kepercayaan dari pihak sekolah untuk mengikuti lomba pencak silat Tingkat Provinsi. Dan setela itu Wani mendapat  juara yang ke Dua walaupun lagi-lagi ia tidak mendapat juara yang pertama setidaknya gadis ini telah membanggakan sekolah dan orang tua, karena untuk menjadi pemenang itu tidak mudah tetapi mungkin Allah telah memberikan jalan dan rencana yang lebih baik lagi untuk wani kedepannya. Terus semangat, berusaha dan yang terpenting ingat Allah. Diatas langit masih ada langit. Tiga tahun telah berlalu dan wanipun lulus dari SMA N 2 Kundur. Sebelum melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi, ketika itu farah Alwani tidak langsung masuk ke Perguruan Tinggi lantaran kedua orang tuanya tidak mempunyai biaya, karena bukan wani saja yang dibiayai oleh ibu Rosnani dan ayah Irwan melainkan ke empat adiknya juga perlu biaya dan kebutuhan. Akhirnya satu tahun sebelum kuliah gadis cantik yang hobi pencak silat ini bekerja terlebih dahulu. Wani kumpulkan uang hasil kerjanya untuk biaya kuliah. Satu tahun telah berlalu dan gadis ini mulai untuk mendaftar kuliah di UMRAH (Universitas Maritim Raja Ali haji). Akhirnya ia diterima dan mulai untuk belajar di tanah segantang lada ini. Kembali lagi di hobinya yang suka berolahraga yaitu olahraga pencak silat dan wanipun kembali ikut UKM (Unit kegiatan Mahasiswa) Pencak Silat Umrah. Pagi ia kuliah dan sore gadis ini latihan pencak silat. Dengan kerja keras dan latihan yang giat ia diutus untuk mengikuti Kejuaraan UPSI (University Pendidikan Sultan Idris) di Malaysia pada tanggal 29 Maret 2016. Farah Alwani kembali ke Indonesia tidak membawa kemenangan, akan tetapi pesan dari gadis ini ialah jangan putus asa, tetap berltatih bersungguh-sungguh dan berdo’a kepada Tuhan Yang Maha Esa. Allah telah merencanakan yang terbaik untuk umatnya. Dan sekarang wani menjalani kehidupan seharinya dengan berkuliah latihan pencak silat dan melakukan kegiatan atau aktivitas seperti biasa.

PENGALAMAN DENGAN DOSEN

“ PENGALAMAN DENGAN DOSEN ”
Allhamdulillah akhirnya setelah lulus dari Sekolah Menengah kejuruan bisa masuk Perguruan tinggi Negeri di Kota Tanjungpinang, tepatnya di UMRAH (Universitas Maritim Raja Ali Haji). Sudah satu tahun, dua semester menjalin ilmu di sini, jadi sudah banyak pembelajaran dan pengalaman, apalagi pengalaman dengan Dosen. Pahit manisnya menuntut ilmu sudah kujalani dan ini belum berakhir melainkan masih proses. Pengalaman dengan dosen yang ketika itu membuat aku kesal, benci, marah, dan bahagia pun sudah kualami dan menjadi pelajaran untuk kedepannya. Pengalaman yang menyenangkan ialah ketika mau UTS (Ujian Tengah Semester), sebelum UTS masing-masing mahasiswa terutama kelas kami yaitu PBSI H2 sudah belajar untuk menghadapi UTS, tepatnya hari senin kami akan Ujian jadi setelah selesai UTS. Beberapa minggu kedepannya dibagikan nilai oleh Dosen tersebut, eh ternyata nilaiku yang paling tinggi. Allhamdulillah walaupun tidak semua mata kuliah nilainya tinggi akan tetapi itu membuatku bahagia dan memacuku untuk kedepannya harus lebih baik lagi yang penting bersyukur, apa yang aku lakukan tidak sia-sia. Memang benar kata pepatah “ selagi ada kemauan pasti ada jalan “.
Pengalaman yang satu ini membuat kesal akan tetapi bahagia,  karena ada pembelajarannya yang bisa diambil. Setiap mahasiswa yang sudah diberikan tugas oleh dosen otomatis jika mau mendapat ilmu dan nilai yang bagus harus menengerjakan dengan baik dan maksimal. Waktu itu ada seorang dosen memberikan tugas kelompok jadi tiap masing-masing kelompok harus membawa bahan pembelajaran dan presentasi menjelaskan ke teman-teman. Jadi pas itu kelompok kami yang maju dan sebelum tampil bahannya belum di print sedangkan dosennya sudah masuk. Gara-gara itu kami dimarah dan diberikan peringatan. Padahal minggu kemaren kelompok lain bahkan ketinggalan bahannya tetapi dimaklumi. Terkadang kami berpikir kenapa dunia ini tidak adil. Kami hanya minta diberikan kesempatan dan minta maaf karena salah kami juga kenapa tidak di print sebelum berangkat kekampus untuk dipersiapkan. Mengapa kami mau ngeprint di kampus karena lebih murah. Walaupun dosen tersebut marah-marah sampai panas telinga ini. Akhirnya ia pun mengizinkan untuk di print terlebih dahulu kemudian mengingatkan untuk semua kelompok jangan diulangi kembali. Dari pengalaman ini ada yang membuat kesal dan marah tapi ada benarnya juga karena itu salah dari kelompok, untuk kedepannya akan lebih baik apabila ada tugas sebaiknya dipersiapkan dari rumah dan apabila diminta tugasnya sudah siap. Belajar untuk disiplin dan mentaati peraturan yang diberikan.
Pengalaman yang satu ini juga membuat hati menjadi tidak tenang akan tetapi juga membuat rasa senang, sebelum UAS Mahasiswa PBSI H2 diberikan tugas individu dan dikumpulkan minggu depan, Dosen yang ini apabila memberikan tugas harus tepat waktu untuk mengumpulkan dan apabila melanggar maka ia tidak akan menerima lagi. Mendengar hal itu dari jauh hari sudah aku persiapkan tugas tersebut karena takut gara-gara lalai dan malas tugas tidak siap dan terlambat mengumpulkan. Akhirnya 2 hari sebelum dikumpul tugasku sudah siap, akan tetapi pas besoknya mau dibawa ke kampus karena besok adalah hari untuk mengumpulkan tugas tersebut tiba-tiba datang temanku untuk meminjam catatan dan sekaligus tugasku katanya ia belum siap dan bahkan bahan saja tidak ada ia hanya meminjam untuk sebagai contoh. Ya karena kasian terhadapnya ahirnya akupun meminjamkan tapi sebelum itu aku sudah berpesan besok tolong dibawa. Pukul menunjukkan jam 08.30 kami sudah diruangan dan dosennya sudah masuk untuk memulai proses belajar. Sebelum mengumpulkan tugas, dosen tersebut mengulang kembali mengenai pembelajaran minggu kemaren dan memberikan penjelasan kembali lalu absen sekaligus langsung mengumpulkan tugas. Ketika itu hatiku mulai resah dan takut karena teman yang meminjam catatanku belum datang sedangkan tugas sebentar lagi dikumpulkan. Tiba-tiba telepon genggamku berbunyi dan masuk sms. Itu pesan dari temanku, ia berkata hari ini tidak masuk maaf ya karena aku sakit. Catatanmu besok aku antar. Mendengar itu aku pun semakin takut dan marah pada temanku juga. Jadi aku memberanikan diri untuk meminta maaf kemudian berkata jujur bahwa tugasku di pinjam teman dan ia tidak kuliah karena sakit. Mohon kiranya untuk dosen tersebut agar memberikan kesempatan untuk dikumpulkan besok atau siang nanti. Aku sudah mohon-mohon akan tetapi aku malah dimarah dan tidak diberikan kesempatan untuk mnegumpulkan tugas besok. Saat itu aku merasa sedih karena apabila tidak mengantar tugas tersebut pasti tidak mendapat nilai dan apa yang aku kerjakan semua sia-sia karena hasilnya juga nol. Padahall sudah kujelaskan alasannya tetapi lagi-lagi dosen tersebut tetap tidak memberikan kesempatan. Lalu akupun pasrah dan diam, karena ini juga salahku. Jam pelajaran sudah mau habis, akan masuk mata kuliah berikutnya, tiba-tiba dosen tersebut berkata besok kamu boleh mengantar tugasnya saya maafkan kali ini karena kamu selalu hadir dan tidak pernah absen. Mendengar hal itu rasa kesal dan sesal tadi berubah menjadi rasa yang sangat bahagia. Dan besoknya aku mengantar tugas tersebut dan dosennya menerima.

Terkadang hal lain yang membuat aku merasa lemah ialah ketika sudah semangat datang kekampus akan tetapi dosennya malah tidak masuk karena ada suatu urusan. Dalam hal ini akupun maupun teman-teman lainnya harus memaklumi karena mungkin hal tersebut sangat penting selalu berpikir positif. Diantara banyaknya dosen ada satu dosen yang benar-benar aku takuti bukan karena ia killer atau sejenisnya akan tetapi aku tidak menyukai mata kuliah yang ia ajarkan. tidak tahu mengapa ketika masuk mata kuliah itu hatiku merasa takut dan membenci mata kuliah itu, bahkan terkadang tidak mau masuk kelas karena tidak suka belajar itu. Dibalik sisi lain dosen tersebut menceritakan pengalamannya bahwa sewaktu kuliah ia tidak menyukai salah satu pelajaran. Sama seperti aku bahkan setiap pelajaran dimulai rasanya pengen cepat-cepat pulang dan selesai lantaran tidak suka tersebut. Akhirnya setelah mendengar cerita yang menarik dari dosen tersebut ditambah ia memberikan motivasi akupun secara perlahan belajar dan belajar untuk menyukai mata kuliah itu, seiring berjalannya waktu ternyata itu adalah pelajaran yang sangat mendidik dan menarik, dan sekarang aku sangat menyukai pelajaran tersebut, apabila masuk mata kuliah itu semangat rasanya untuk belajar. Begitu bnayak pengalaman dan pembelajaran yang bisa diambil hikmahnya, terima kasih untuk seluruh pendidik di seluruh dunia. Dari pengalaman pahit, senang, sedih dan sebagainya itulah yang menjadikan aku merasa kuat dan bangkit, bahwa itu semua adalah proses untuk lebih baik kedepannya. Teruslah semangat, bersyukur dan sabar walaupun semua itu terkadang melelahkan. Jangan putus asa jalani hidup apa adanya seperti Raja Ali Haji berkata belajar dan bertanya tiada jemu. Walaupun dosennya killer dan lain sebagainya akan tetapi sebenarnya mereka ingin menjadikan kita seorang mahasiswa yang profesional dan berwawasan luas. 

ANALISIS DONGENG " KAKEK TUA DAN CUCUNYA"

A.    ANALISIS DONGENG
DONGENG KAKEK TUA DAN CUCUNYA
Dahulu, ada seorang kakek yang sangat tua, yang matanya telah menjadi rabun, pendengarannya hampir tuli, lututnya gemetaran, dan ketika dia duduk di meja untuk makan, dia hampir tidak bisa memegang sendok sehingga sering menumpahkan kaldu dari sendoknya ke atas taplak meja dan terkadang kaldu pun menetes turun dari mulutnya.
Anaknya dan istri anaknya menjadi muak dengan keadaan ini, sehingga mereka mendudukkan sang Kakek Tua di sudut dekat dapur sendirian, dan mereka memberinya makanan dalam sebuah mangkuk gerabah. Makanan yang diberikan pun selalu sedikit dan tidak cukup.
Sambil makan, sang Kakek Tua sering melihat ke arah meja makan dengan mata berlinang air mata. Suatu ketika, tangannya yang gemetaran tidak bisa menahan mangkuk, dan mangkuk tersebut jatuh ke lantai dan pecah berhamburan. Anaknya beserta Istri anaknya pun menjadi marah, tetapi orang tua tersebut tidak berkata apa-apa dan hanya bisa menghela napas panjang.
Kemudian mereka membelikan sebuah mangkuk kayu yang murah untuk sang Kakek Tua agar mangkuk kayu tersebut tidak pecah saat jatuh.
Pada saat mereka duduk di meja untuk makan, cucunya yang masih kecil dan berusia empat tahun mulai mengumpulkan beberapa potongan-potongan kayu di tanah.
"Apa yang kamu lakukan di sana, Anakku?" tanya sang Ayah.
"Saya akan membuat mangkuk kayu yang kecil," jawab si Anak Kecil, "untuk ayah dan ibu, untuk nantinya kalian pakai saat makan ketika saya telah dewasa."
Laki-laki dan istrinya saling berpandangan selama beberapa saat, dan akhirnya mereka pun menangis karena tersadar dan menyesali perlakuan buruk mereka. Kemudian mereka mengajak sang Kakek Tua ke meja makan, dan untuk selanjutnya sang Kakek Tua selalu makan bersama mereka di satu meja. Sejak saat itu pula, mereka tidak pernah lagi berkata apapun ataupun mengeluh apabila sang Kakek Tua menumpahkan sesuatu ke atas meja.

B.     UNSUR INTRINSIK DONGENG KAKEK TUA DAN CUCUNYAN :
1.      Tema

Tema ialah gagasan atau ide pokok yang terdapat dalam sebuah cerita, jadi tema yang terkandung dalam dongeng kakek dan cucunya ialah tentang “ Kehidupan “. Didalam kehidupan ini kita mempunyai Tuhan yang menciptakan dan mempunyai Orang tua ibu yang melahirkan dan ayah mencari nafkah,  jadi di dalam kehidupan ini haruslah kita mengingat Tuhan YME dan Hormati kedua orang tua jika hidup ingin tentram dan bahagia selamat dunia akhirat.

2.      Tokoh
Tokoh yang terdapat dalam dongeng kakek dan cucunya ialah :
-          Kakek
-          Cucunya
-          Anak kakek dan menantunya

3.      Penokohan
Penokohan ialah watak atau karakter yang dimiliki oleh masing-masing tokoh yang terdapat dalam dongeng tersebut.
a.       Kakek ialah seorang tokoh yang mempunyai watak pasrah menerima apapun yang telah dilakukan oleh anak dan menantunya, kakek selalu sabar dan diam walaupun kakek diperlakukan tidak hormat bahkan tidak diurus oleh anak dan menantunya.
b.      Cucunya ialah seorang tokoh yang berwatak sangat polos dan berhati mulia, ia memberikan suatu pelajaran terhadap ayah dan ibunya kerena perbuatan ttidak sopan dan hormat terhadap kakek. Dibawah ini kutipan mengenai watak seorang anak tersebut, Melihat apa yang telah dilakukan anak tersebut ayah dan ibunya sadar akan perbuatannya selama ini.
Pada saat mereka duduk di meja untuk makan, cucunya yang masih kecil dan berusia empat tahun mulai mengumpulkan beberapa potongan-potongan kayu di tanah.
"Apa yang kamu lakukan di sana, Anakku?" tanya sang Ayah.
"Saya akan membuat mangkuk kayu yang kecil," jawab si Anak Kecil, "untuk ayah dan ibu, untuk nantinya kalian pakai saat makan ketika saya telah dewasa."
c.       Anak kakek dan menantunya
Anak kakek dan menantunya mempunyai watak yang kejam dan tidak hormat terhadap orang tua, karena dengan kondisi kakek yang sudah tidak berdaya, mereka bukan merawat kakek malah memperlakukan dengan tidak sopan, akan tetapi berkat anaknya mereka menjadi berubah dan merawat kakek sepenuhnya. Dan akhirnya mereka menghormati kakek dan sadar atas kesalahan yang telah mereka perbuat.

4.      Lattar
a.       Latar tempat
Latar tempat yang terdapat di dongeng ini ialah di Rumah. Di rumah itulah tempat dimana seorang kakek tua diperlakukan sangat tidak hormat oleh anaknya sendiri dan menantunya.
b.      Latar suasana
Suasana yang tergambar dalam dongeng ini ialah menyedihkan karena seorang anak kandung memperlakukan orang tua sendiri layaknya orang lain, tega dengan kondisi kakek yang sudah tua tetapi diperlakukan dengan tidak sopan dan hormat sebagaimana mestinya harus patuh dan hormat terhadap orang tua.
5.      Alur
Alur yang terdapat dalam cerita ialah flasback karena terjadi pada zaman dahulu.

6.      Sudut pandang
Orang ketiga serba tahu

7.      Amanat
Jadi pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng kakek tua dan cucunya ini adalah Hormatilah orangtuamu bagaimanapun keadaanya, saat muda dan tak berdaya, orang tua lah yang menjaga, dan saat orangtua menjadi tua dan tak berdaya, tugas sebagai anak untuk merawat orangtua bukan malah menelantarkan dan tidak mengurusnya.

8.      Gaya bahasa
Komunikatif dan mudah dipahami.

C.    NILAI-NILAI YANG TERKANDUNG DALAM DONGENG KAKEK TUA DAN CUCUNYA
a.       Nilai moral : sadar dan mengakui kesalahan atas apa yang diperbuat.
b.      Nilai pendidikan : pembelajaran dalam kehidupan untuk lebih hormat kepada orang yang lebih tua.

D.    HAL-HAL YANG MENARIK DARI DONGENG DI ATAS
Melihat kakek diperlakukan dengan tidak hormat oleh anaknya sendiri dan menantunya, akhirnya seorang cucu memberikan suatu pelajaran dan contoh dari apa yang telah dilakukan ayah dan ibunya. Seandainya aku telah besar, ayah dan ibu diperlakukan seperti itu olehku bagaimana perasaan kalian. Mendengar anaknya berkata seperti itu anak kakek dan menantunya menangis dan sadar akan perbuatan yang selama ini mereka perbuat. Berkat cucu dari kakek membuat perubahan dan kesadaran terhadap ayah dan ibunya. Ini adalah hal yang sangat menarik dalam dongeng diatas.



Sabtu, 28 Mei 2016

ANALISIS CERPEN " MALAIKAT JUGA TAHU KARYA DEWI LESTARI"

            

ANALISIS STRUKTUR DALAM CERPEN
“ MALAIKAT JUGA TAHU “ Karya Dewi Lestari
A.    Deskripsi Data
Penulis memilih cerpen “Malaikat Juga Tahu” karya Dewi Lestari dengan pertimbangan dan alasan. Penulis tertarik kepada cerpen ini karena cerpen ini ditulis oleh pengarang yang merupakan seorang di antara sedikit penulis Indonesia yang cerdas dan menghasilkan karya dengan tema-tema yang unik serta memberikan makna yang berkesan atas karyanya terhadap pembaca. Dalam karyanya Dewi Lestari selain cerpen ia menciptakan lebih awal lirik lagunya yang kemudian cerpen tersebut direalisasikan ke dalam bentuk yang berbeda yaitu video clip. Ketiga karya ini merupkan hal yang baru dalam dunia sastra Indonesia karena pengarang bisa menghadirkan sekaligus tiga genre yang berbeda namun memiliki hubungan atau keterkaitan di antara tiga genre tersebut. Hal ini yang menarik bagi penulis untuk mengkaji karya Dewi Lestari tersebut.
Cerpen “Malaikat Juga Tahu” karya Dewi Lestari ini, dapat digolongkan ke dalam teks transformasi karena teks ini merupakan teks baru yang mengacu kekinian (lebih dahulu diciptakan) dan adapun lirik lagu “Malaikat Juga Tahu” menjadi teks hipogram dari cerpen “Malaikat Juga Tahu” karya Dewi Lestari, maka dari itu, pemilihan korpus ini sangatlah tepat karena penulis dapat menganalisis menggunakan pendekatan intertekstualitas atau resepsi sastra.

a.       Biografi tokoh
1.      Dewi Lestari
Dewi Lestari yang bernama pena Dee, nama pena Dee ini awalnya dikenal sebagai anggota triovokal Rida Sita Dewi. Kemudian setelah menerbitkan novel pertamanya di tahun 2001, Dee dikenal juga sebagai penulis. Dee sendiri dalam tiap cerita di novelnya yang berjudul Rectoverso ini tidak mencantumkan nama pada setiap karakter yang ia paparkan dalam setiap cerita, dee hanya menggunakan kata ganti orang pertama, kedua, dan ketiga. kali ini hadir dengan mahakarya unik dan pertama di Indonesia. Rectoverso merupakan hibrida dari fiksi dan musik, terdiri dari sebelas cerita pendek dan sebelas lagu yang bisa dinikmati secara terpisah maupun bersama-sama. Keduanya saling melengkapi bagaikan dua imaji yang seolah berdiri sendiri tapi sesungguhnya merupakan satu kesatuan. Inilah cermin dari dua dunia Dewi Lestari yang ia ekspresikan dalam nafas kreatifitas tunggal bertajuk Rectoverso. Berawal dari proses kreatif sebuah lagu “Hanya Isyarat” yang diciptakan pada awal tahun 2006, Dee merasakan bagaimana inspirasinya yang tidak terwadahi kalau diwujudkan hanya lewat satu saluran saja. Inspirasi yang sama seolah mendorong Dee untuk terus mencari bentuk lain, hingga “Hanya Isyarat” akhirnya diwujudkan juga dalam




sebuah cerpen. Proses selanjutnya jadilah satu karya yang utuh dalam  kumpulan cerpen dengan lagu berjudul Rectoverso. 
Dalam Rectoverso ini, musik dan fiksi saling bercermin dan melengkapi. Di dalam buku kumpulan cerpen yang berjudul Rectoverso ini, terdapat pula sebelas lirik lagunya. Sebelas cerpen dan sebelas lirik lagu tersebut mempunyai judul yang sama, judul di dalam karya tersebut adalah “Curhat Buat Sahabat”, “Malaikat Juga Tahu”, “Selamat Ulang Tahun”, “Aku Ada”, “Hanya Isyarat”, “Peluk”, “Grow a Day Older”, “Cicak di Dinding”, “Firasat”, “Tidur”, dan “Back to Heaven’s Light”. Dari sebelas judul lagu tersebut, terdapat satu judul lagu yang diandalkan yaitu “Malaikat Juga Tahu” selain direalisasikan ke dalam bentuk lagu dan cerpen, juga terdapat bentuk visualisasinya yaitu video clip.



b.      Sinopsis Cerpen “ Malaikat juga tahu “ karya Dewi Lestari     
            Cerpen yang bertemakan cinta dan kasih sayang ini mengajarkan manusia untuk belajar banyak dari peristiwa yang pahit dalam hidupnya, bukan dari yang manis-manis. Pada dasarnya cerpen ini mengandung unsur sosial, yakni terpancar pada karakter utamanya yaitu penyandang cacat mental (autis). Tergambar bahwa cinta tidak selalu dilukiskan oleh kata-kata manis, hatilah yang selalu menjadi penopang akan suatu rasa, entah sampai kapan perasaan itu terbalas. Faktor dari cerita ini dapat meningkatkan kepekaan para pembaca terhadap karya sastra, sehingga mereka tidak hanya menikmati bacaan saja akan tetapi mampu mencerna pemikiran-pemikiran dan maksud sesungguhnya yang disampaikan penulis sebagai bahan pembelajaran moral.
            Cerpen ini mengisahkan tentang kedekatan seorang penyandang autis yang dipanggil “Abang” dengan seorang gadis cantik yang kost dirumah ibunya yang biasa disebut bunda. Gadis tersebut dan abang sangatlah akrab, dalam kesehariannya gadis itu selalu bebas bercerita tentang masalah percintaannya yang banyak dan selalu gagal. Orang-orang disekeliling mereka sampai terheran-heran dengannya, Topik seperti apa yang ia bicarakan dengan penyandang autis seperti abang, gaya bicaranya saja tidak rasional dan cara ia menatap orang pun tidak bisa bertahan hingga lima detik. tetapi bagi gadis tersebut, abang mempunyai ciri khas tersendiri dalam merespon sesuatu dari lawan bicaranya. Rutinitas aneh yang dilakukan abang yaitu mencuci pakaian yang tiap harinya harus sesuai dengan warna yang ia tentukan, ia juga memiliki koleksi sabun dengan merek yang sama sebanyak 100 batang, tiap harinya ia selalu menghitung ke-100 sabunnya itu.
            “Mengubah rutinitas itu sama saja dengan menawar bumi agar berhenti mengedari matahari.”
            Bukannya tidak mungkin berkomunikasi wajar dengan Abang, hanya saja perlu kesabaran tingkat tinggi yang berbanding terbalik dengan ekspektasi. Dalam


tubuh pria 38 tahun itu bersemayam mental anak 4 tahun, demikian menurut para ahli jiwa yang didatangi bunda. Sekalipun Abang pandai menghafal dan bermain angka, ia tidak bisa mengobrolkan makna. Dia hafal tahun, hari, jam bahkan menit dari banyak peristiwa. Dia menangkap nada dan memainkannya persis sama diatas piano, bahkan lebih sempurna. Namun dia tidak memahami mengapa orang-orang harus pergi bekerja dan mengapa mereka bercita-cita.
            Alur yang terpancarkan dalam cerpen ini sangatlah rapi, dimana seorang anak penyandang autis mengalami kisah unik dikehidupannya, dimana ia merasakan senang saat jatuh cinta, sedih, dan juga sekali-kali memberontak jika tidak ada gadis yang ia cintai disisinya. Cerpen ini juga mengusuk arti dari seorang ibu, tergambarkan dari kalimat yang dikatakan seorang ibu bahwa “Perempuan muda itu benar. Dirinya bukan malaikat yang tahu siapa lebih mencintai siapa dan untuk berapa lama. Tidak penting. Ia sudah tahu. Cintanya adalah paket air mata, keringat, dan dedikasi untuk merangkai jutaan hal kecil agar dunia ini menjadi tempat yang indah dan masuk akal bagi seseorang. Bukan baginya. Cintanya tak punya cukup waktu untuk dirinya sendiri.”
            Melukiskan bahwa cinta seorang ibu ke abang yang memiliki banyak kekurangan itu tidak ada taranya dibanding apapun, entah dari si gadis itu atau pun oleh seorang adiknya yang telah sukses sekarang. Kalimat-kalimat bernilai tinggi ini menandakan bahwa cinta ibu tak kenal batas, walaupun ibu itu telah mengalami berbagai pahitnya kehidupan, anak pertamanya telah meninggal dan ditinggal suami, akan tetapi kasih sayang seorang ibu ini untuk anaknya sangatlah besar, untuk seorang anak penyandang autis yang sangat mencintai seorang gadis yang telah dimiliki oleh adiknya sendiri.
            Pengisahan kisah ini sangat absurd oleh keseharian si abang dan artikulasinya dengan sang bunda, dengan cara bagaimana bunda merawatnya, membuatnya tenang, dan menjadi bagian penting dalam kehidupannya. Kelemahan dari cerpen ini yaitu sang penulis tidak mencantumkan nama dalam tiap karakter disetiap paragrafnya, akan tetapi nilai kehidupan, nilai emansipasi, dan nilai moral yang ada sangatlah kuat dan erat kaitannya. Setiap pembaca seperti dihanyutkan dalam delegasi tiap paragraf dan kutipan-kutipannya yang mempunyai tingkatan emosi tinggi. Penggambaran pada setiap karakter juga tersimpulkan dengan rapi dan jelas.
            Jika dibandingkan dengan novel-novel dee sebelumnya, cerpen ini sangatlah konkrit dengan nilai bahasa yang lebih mudah dipahami oleh semua kalangan. Pembaca juga pastinya dapat terinspirasi oleh alur majunya yang elegan dengan kisah kehidupan di tiap paragrafnya.
            Cerpen ini juga memiliki lagu yang diciptakan oleh sang penulisnya dengan judul yang sama, isi lagunya pun sangat konkrit dengan cerita yang ada di dalam cerpen tersebut. Selain itu, cerpen karya sastra dewi lestari ini juga telah diangkat dalam satu paket film yang berjudul Rectoverso.
            Cerita ini tidak kontras dengan tema cinta yang absurd pada satu tujuan saja, akan tetapi menggambarkan perubahan-perubahan mental psikis karakternya. Bahwa


kemananya cinta pergi, walaupun setiap insan di dunia ini merasakannya, cinta tidak selalu berakhir pada akhir yang sempurna, setiap orang juga memiliki perihal lain atas tujuan hidupnya sendiri.
            Pesan ideologis dari cerpen ini yaitu dapat meningkatkan kepekaan setiap orang terhadap hak asasi manusia dan keadilan. Dengan adanya cerpen karya dewi lestari ini, diharapkan muncul perubahan paradigma berfikir dan cara pandang pembaca mengenai penyandang cacat mental, namun kesamaan hak dan keadilanlah yang menjadi landasannya.
Malaikat Juga Tahu tidak berusaha memaksakan suatu narasi yang ideal dan menyenangkan, hanya semata menampilkan realita dengan segala manis dan pahitnya. Ini adalah cerita mengenai seorang pria yang perasaannya adalah sebuah fakta sederhana tak terbantahkan, seorang perempuan yang tidak mampu membalas fakta tersebut, dan seorang perempuan lain yang tingkat kasih sayang dan pemahamannya kepada orang yang disayanginya tidak ada bandingannya.

B.     Analisis Data

1.      Cerpen “ Malaikat juga tahu “ Karya Dewi Lestari
a.       Struktur Cerpen
1)      Alur
Untuk menemukan struktur alur yang digunakan oleh pengarang di dalam cerpen ini, peneliti berusaha melihat rangkaian peristiwa yang terdapat di dalam cerpen. Rangkaian peristiwa tersebut adlah sebagai berikut.
1.      Keberadaan tokoh abang dan gadis yang terbaring di atas rumput untuk bermalam minggu diperkarangan, persahabatan mereka menjadi topik obrolan banyak orang
2.      Dirumah  ibu dari abang atau akrab dipanggil bunda pintar memasak, bunda layaknya memasak katering pas lebaran tiba. Rumah Bunda yang besar dan memiliki banyak kamar adalah rumah kos paling legendaris.
3.      Abang anak laki-laki bunda menjadi orang yang dihindari kedua blasteran Doberman karena orang dibuat habis akal jika berdekatan dengannya.
4.      Untuk mengubah rutinitas abang memerlukan kesabaran tinggi karena pria berumur 38 tahun itu bermental anak 4 tahun
5.      Untuk pertama kalinya abang menulis surat cinta kumulan kalimat yang tidak tertata yang bercampur dengan menu makanan tapi bunda tahu itu surat cinta yang ditujukan untuk gadis di perkarangan bersamanya.
6.      Bunda mempunyai anak yang merupakan hadiah tuhan yang normal, pintar dan fisiknya menarik yaitu adik bungsu abang , setelah anak pertama bunda meninggal dan abang mengidap autis.
7.      Adik menjadi figur sempurna dan berpacaran dengan perempuan yang dikirimi surat oleh abang



8.      Bunda mengetahui bungsu dan perempuan berpacaran sehingga bunda mengadakan pertemuan empat mata.
9.      Bunda berbicara dengan perempuan itu
10.  Bunda menjagokan abang karena abang mencintai perempuan itu bukan Cuma hati tapi seluruh jiwa dan tidak mencari pilihan lain
11.  Bunda dan perempuan menangis karena menurut perempuan itu cinta tanpa pilihan adalah penjara
12.  Malam minggu dilapangan golf,  bunda, perempuan itu dan anaknya yang bungsu berbicara
13.  Bunda meminta untuk menyembunyikan hubungan mereka bahkan kalau bisa seumur hidup, jangan sampai abang tahu
14.  Adik bungsu abang  dan perempuan itu tidak menerima keputusan ibunya
15.  Kamu harus tetap kemari setiap malam minggu. Tidak bisa tidak,” kata Bunda   pada perempuan itu. “Dan selama kalian di rumah ini, kalian tidak boleh kelihatan seperti kekasih
16.  Akhirnya anak bungsu bunda dan perempuan itu sepakat untuk pergi dari rumah dan kehidupan bunda.
17.  Bunda menangis setiap malam minggu mendengar kepergian anak bungsu dan perempuan itu dan sedih melihat abang , bunda menangis Tidak pakai air mata karena ia tidak punya cukup waktu. Ia menangis cukup dalam hati.
18.  Bunda tak bisa dan tak merasa perlu mengutuk siapa-siapa. Mereka yang tidak paham dahsyatnya api akan mengobarkannya dengan sembrono.
19.  Perempuan muda itu benar. Dirinya bukan malaikat yang tahu siapa lebih mencintai siapa dan untuk berapa lama
20.  Cintanya adalah paket air mata, keringat dan dedikasi untuk merangkai jutaan hal kecil agar dunia ini menjadi tempat yang indah dan masuk akal begi seseorang. Bukan baginya. Cintanya tak punya cukup waktu untuk dirinya sendiri. Tidak perlu ada kompetisi di sini. Ia, dan juga malaikat, tahu siapa juaranya.


1          -           20
                                    Bagan urutan sekuen cerpen “ malaikat juga tahu “

Jelaslah bahwa secara kronologis alur cerpen ini disusun menggunakan alur maju. Karena tidak terdapat alur mundur atau sorot balik. Pada bagian awal cerpen ini terlihat bahwa keberadaan tokoh abang dan gadis yang terbaring di atas rumput untuk bermalam minggu diperkarangan, persahabatan mereka menjadi topik obrolan banyak orang kemudian dari hari kehari abang dan gadis ini sangat dekat dan bersahabat dan akhirnya abang walaupun ada kelainan yaitu autis umurnya yang sudah 38 tahun tapi bermental usia 4 tahun pertama kalinya menulis surat cinta, akan tetapi perempuan itu berpacaran dengan adik dari abang, bunda mengetahui hal itu akhirnya bunda ingin berbicara empat mata dengan anak bungsunya dan perempuan itu, bunda berbicara agar adik bungsu dan perempuan itu menyembunyikan hubungan mereka dari abang kalau bisa seumur hidup akan tetapi antara adik bungsu dan perempuan itu tidak sepakat dan akhirnya mereka meninggalkan rumah, saat itu bunda berpikir bahwa perempuan muda itu benar, dirinya bukan malaikat yang tahu siapa yang lebih mencintai siapa dan untuk berapa lama, Bunda tak bisa dan tak merasa perlu mengutuk siapa-siapa. Mereka yang tidak paham dahsyatnya api akan mengobarkannya dengan sembrono. Mereka yang tidak paham energi cinta akan meledakkannya dengan sia-sia. Perempuan muda itu benar. Dirinya bukan malaikat yang tahu siapa lebih mencintai siapa dan untuk berapa lama. Tidak penting, ia sudah tau. Cintanya adalah paket air mata, keringat dan dedikasi untuk merangkai jutaan hal kecil agar dunia ini menjadi tempat yang indah dan masuk akal begi seseorang. Bukan baginya. Cintanya tak punya cukup waktu untuk dirinya sendiri. Tidak perlu ada kompetisi di sini. Ia, dan juga malaikat, tahu siapa juaranya. 


2)      Penokohan
a.       Abang anak kedua bunda yang mempunyai kelainan jiwa yaitu autis
Abang adalah tokoh dengan berbagai kelebihan dan kekurangan. Ia memiliki bakat bermusik serta kemampuan merekonstruksi barang dan daya hafal yang luar biasa, tetapi kondisi mentalnya dideskripsikan selevel anak umur 4 tahun walau usianya sudah 38 tahun. Beradasarkan kutipan dibawah bahwa  Sekalipun Abang pandai menghafal dan bermain angka, ia tak bisa mengobrolkan makna. Abang gemar mempreteli teve, radio, bahkan mobil, lalu merakitnya lagi lebih baik dari semula. Dia hafal tahun, hari, jam, bahkan menit dari banyak peristiwa. Dia menangkap nada dan memainkannya persis sama di atas piano, bahkan lebih sempurna. Namun dia tidak memahami mengapa orang-orang harus pergi bekerja dan mengapa mereka bercita-cita. ia merasakan senang saat jatuh cinta, sedih, dan juga sekali-kali memberontak jika tidak ada gadis yang ia cintai disisinya.

b.      Leia, seorang perempuan yang indekos di rumah Abang dan kerap menemaninya dalam aktivitas sehari-hari. Sayangnya, Leia tidak dapat memahami atapun membalas cinta Abang dan akhirnya malah menjalin asmara dengan Hans adik bungsu dari abang. Terdapat dalam kutipan dibawah ini

“ lebih sayang sama saya. Tidak akan ada yang pernah tahu.”
Saat itu mata Bunda berkaca-kaca. Begitu juga dengan matanya. Tak lama mereka menangis berdua. Namun ia tahu perbedaan dirinya dengan Bunda. Bagi perempuan itu, cinta tanpa pilihan adalah penjara. Ia ingin dirinya dipilih dari sekian banyak pilihan. Bukan karena ia satu-satunya pilihan yang ada.

 Dari kutipan diatas bahwa perempuan ini mencintai adik bungsu dari abang dan ia berkata tidak akan ada yang pernah tahu cinta itu milik siapa dan bertahan sampai kapan, cinta tanpa pilihan adalah penjara bagi perempuan itu jadi ia memilih pergi bersama adik bungsu abang dan tidak bisa menyembunyikan hubungan mereka terhadap abang.






c.       Hans, adik dari Abang yang memiliki segalanya yang tidak dipunyai Abang. Dari kutipan dibawah ini jelas terlihat adik bungsu dari abang adalah figur yang sempurna dan hadiah dari tuhan ia pintar, normal dan fisiknya menarik.
“  Anak bungsunya, yang juga laki-laki, menurut orang-orang adalah figur sempurna. Ia pintar, normal dan fisiknya menarik. Ia hanya tak pernah di rumah kerena sedari remaja meninggalkan Indonesia demi bersekolah.

d.      Bunda sosok orangtua biasa menjadi pilar utama yang menyokong kehidupan sehari-hari mereka. Malaikat Juga Tahu menunjukkan aspek ini lewat sosok sang Ibu, yang selain fasih akan segala rutinitas paling mendetail dalam kehidupan Abang, juga merupakan satu-satunya sosok yang dapat memahami segala hal yang tak bisa terucap oleh Abang, menerimanya apa adanya dan senantiasa berada di sisinya apapun yang terjadi.
Abang tidak bisa beradu mata lebih dari lima detik, tapi sedetik pun Abang tidak pernah pergi dari sisinya. Ia pun menyadari sesuatu yang orang lain tidak. Laki-laki di sampingnya itu bisa jadi sahabat yang luar biasa. Barangkali segalanya tetap sama jika Bunda tidak menemukan surat-surat yang ditulis Abang. Untuk pertama kalinya, anak itu menuliskan sesuatu di luar grup musik art rock atau sejarah musik klasik. Ia menuliskan surat cinta-kumpulan kalimat tak tertata yang bercampur dengan menu makanan Dobi, blasteran Doberman yang tinggal tunggu ajal. Tapi ibunya tahu itu adalah surat cinta.

Dalam kutipan cerpen diatas terlihat jelas bahwa bunda sangat memahami dan mengerti apa yang abang lakukan, buktinya pada saat abang menulis surat cinta untuk pertama kalinya walaupun ia menuliskan kalimat tak tertata yang bercampur dengan menu makanan Dobi, akan tetapi ibunya tahu bahwa itu adalah surat cinta yang ditujukan untuk gadis yang selalu bersamanya setiap malam minggu di pekarangan.

3)      Latar
Ruang lingkup sebuah karya sastra fiksi hakikatnya adalah keberadaan sebuah dunia yang dibangun oleh si pengarang. Latar menyangkut ruang dimana peristiwa itu berlangsung. Oleh karena itu, latar tidak hanya merupakan bentukan sebuah tempat yang diciptakan melainkan ruang waktu dan latar budaya bisa saja muncul dalam latar itu. Pada bagian latar akan diuraikan latar tempat dan latar waktu yang menjadi latar dari peristiwa yang dialami oleh para tokoh didalam cerpen ini. Latar tersebut akan diuraikan sebagai berikut :


a.       Latar tempat
-          Di pekarangan
“ Laki-laki dan perempuan itu terbaring di atas rumput, menatap bintang yang bersembulan dari carikan awan kelabu. Saat yang paling tepat untuk bermalam minggu di pekarangan”. Perempuan di pekarangan itu tahu sesuatu yang orang lain tidak. Abang adalah pendengar yang luar biasa. . Ini akan menjadi malam Minggu terakhirnya di pekarangan serapi lapangan golf. Semalam mereka berbicara bertiga. Dia, Bunda dan si bungsu.
-          Dirumah bunda yang menjadi kos legendaris sudah jadi pengetahuan umum bahwa ibu dari anak laki-laki itu, yang mereka sebut Bunda, sangat pandai memasak. Rumah Bunda yang besar dan memiliki banyak kamar adalah rumah kos paling legendaris. Peristiwa kejadian ini terdapat dirumah bunda dan rumah bunda menjadi rumah kos legendaris.

-          Dirumah sakit saat abang dirawat bebrapa bulan dirumah sakit Kejadian itu mengharuskan Abang diterapi selama beberapa bulan ke rumah sakit dan diberi obat penenang. Bunda tahu betapa anaknya membenci rumah sakit dan obat-obatan itu hanya membuat otaknya rapuh. Tak ada yang memahami bahwa seratus sabun adalah syarat bagi anaknya untuk beroleh hidup yang wajar.

b.      Latar waktu
-          Pagi dan sore
Menjerang air panas setiap hari pukul enam pagi untuk semua penghuni rumah. Menghitung koleksi sabun mandinya yang bermerek sama dan berjumlah genap seratus, setiap pagi dan sore.Banyak orang yang bertanya-tanya tentang persahabatan mereka berdua. Orang-orang penasaran tentang topik obrolan mereka dan apa kegiatan perempuan itu selama berjam-jam di sana.
-          Malam
Laki-laki dan perempuan itu terbaring di atas rumput, menatap bintang yang bersembulan dari carikan awan kelabu. Saat yang paling tepat untuk bermalam minggu di pekarangan.

c.       Latar suasana
-          Suasana yang menyedihkan dan mengharukan terdapat dalam kutipan dibawah ini.
Bunda menangisi setiap malam Minggu. Tidak pakai air mata karena ia tidak punya cukup waktu. Ia menangis cukup dalam hati.Semua anak kos kini menyingkir jika malam Minggu tiba.


Mereka tidak tahan mendengar suara lolongan, barang-barang yang diberantaki, dan seseorang yang hilir mudik gelisah mengucap satu nama seperti mantra. Menanyakan keberadaannya.Kalau beruntung, Abang akhirnya kelelahan sendiri lalu tertidur di pangkuan ibunya. Kalau tidak, sang ibu terpaksa menutup hari anaknya dengan obat penenang.Pada setiap penghujung malam Minggu, Bunda bersandar kelelahan dengan bulir-bulir besar peluh membasahi wajah, anaknya yang berbadan dua kali lebih besar tertidur memeluk kakinya erat-erat. Selain dengkuran dan napas anaknya yang memburu, tidak ada suara lain dirumah besar itu. Semua pergi. Dobi telah mati.

-          Menegangkan terdapat dalam kutipan dibawah ini
Pertama kali Bunda mengetahui si bungsu dan perempuan itu berpacaran, Bunda langsung mengadakan pertemuan empat mata. “Tapi... Bunda bukan malaikat yang bisa baca pikiran orang. Bunda tidak bisa bilang siapa yang lebih sayang sama saya. Tidak akan ada yang pernah tahu.”Saat itu mata Bunda berkaca-kaca. Begitu juga dengan matanya. Tak lama mereka menangis berdua. Namun ia tahu perbedaan dirinya dengan Bunda. Bagi perempuan itu, cinta tanpa pilihan adalah penjara. Ia ingin dirinya dipilih dari sekian banyak pilihan. Bukan karena ia satu-satunya pilihan yang ada.

-          Bahagia karena bunda mempunyai dua anak yang unik, walaupun abang mempunyai sifat autis tapi abang banyak memiliki kelebihan sedangkan adik bungsu dari abang ia pintar, normal dan mempunyai fisik yang menarik.


4)      Tema
Tema merupakan pokok permasalahan atau konflik sentral yang terkandung di dalam cerpen. Karena tema cerita tidak secara langsung disampaikan oleh pengarang, maka untuk mempermudah menentukan tema, peneliti mencoba mengemukakan konflik utama yang mendukung terbentuknya sebuah tema. Konflik tersebut adalah sebagai berikut.
“Bagi kamu pasti ini terdengar aneh. Mereka dua-duanya anak Bunda. Tapi kalau ditanya, siapa yang bisa mencintai kamu paling tulus, Bunda akan menjagokan Abang.”
Perempuan itu terenyak. Apa-apaan ini? Pikirnya gusar. Jangan pernah bermimpi dia akan memilih manusia satu itu untuk dijadikan pacar. Jelas tidak mungkin.
Bunda melanjutkan dengan suara tertahan, “Dia mencintai bukan Cuma dengan hati. Tapi seluruh jiwanya.




Bukan basa-basi surat cinta, bukan Cuma rayuan gombal, tapi fakta. Adiknya bisa cinta sama kamu, tapi kalau kalian putus, dia dengan gampang cari lagi. Tapi Abang tidak mungkin cari yang lain. Dia cinta sama kamu tanpa pilihan. Seumur hidupnya.”
“Tapi... Bunda bukan malaikat yang bisa baca pikiran orang. Bunda tidak bisa bilang siapa yang lebih sayang sama saya. Tidak akan ada yang pernah tahu.”
Saat itu mata Bunda berkaca-kaca. Begitu juga dengan matanya. Tak lama mereka menangis berdua. Namun ia tahu perbedaan dirinya dengan Bunda. Bagi perempuan itu, cinta tanpa pilihan adalah penjara. Ia ingin dirinya dipilih dari sekian banyak pilihan. Bukan karena ia satu-satunya pilihan yang ada.


Berdasarkan kutipan di atas jelaslah bahwa tema yang diangkat iala mengenai
            Cerpen yang bertemakan cinta dan kasih sayang ini mengajarkan manusia untuk belajar banyak dari peristiwa yang pahit dalam hidupnya, bukan dari yang manis-manis. Pada dasarnya cerpen ini mengandung unsur sosial, yakni terpancar pada karakter utamanya yaitu penyandang cacat mental (autis). Tergambar bahwa cinta tidak selalu dilukiskan oleh kata-kata manis, hatilah yang selalu menjadi penopang akan suatu rasa, entah sampai kapan perasaan itu terbalas. Faktor dari cerita ini dapat meningkatkan kepekaan para pembaca terhadap karya sastra, sehingga mereka tidak hanya menikmati bacaan saja akan tetapi mampu mencerna pemikiran-pemikiran dan maksud sesungguhnya yang disampaikan penulis sebagai bahan pembelajaran moral. Melukiskan bahwa cinta seorang ibu ke abang yang memiliki banyak kekurangan itu tidak ada taranya dibanding apapun, entah dari si gadis itu atau pun oleh seorang adiknya yang telah sukses sekarang. Kalimat-kalimat bernilai tinggi ini menandakan bahwa cinta ibu tak kenal batas, walaupun ibu itu telah mengalami berbagai pahitnya kehidupan, anak pertamanya telah meninggal dan ditinggal suami, akan tetapi kasih sayang seorang ibu ini untuk anaknya sangatlah besar, untuk seorang anak penyandang autis yang sangat mencintai seorang gadis yang telah dimiliki oleh adiknya sendiri.















LAMPIRAN 1. OBJEK PENELITIAN
Malaikat Juga Tahu
Karya Dewi Lestari

Laki-laki dan perempuan itu terbaring di atas rumput, menatap bintang yang bersembulan dari carikan awan kelabu. Saat yang paling tepat untuk bermalam minggu di pekarangan.
Perempuan itu hafal rutinitas ketat yang berlaku di sana. Laki-laki di sebelahnya memangkas rumput setiap hari Selasa, Kamis, dan Sabtu. Mencuci baju putih setiap Senin, baju bewarna gelap hari Rabu, baju bewarna sedang hari Jumat. Menjerang air panas setiap hari pukul enam pagi untuk semua penghuni rumah. Menghitung koleksi sabun mandinya yang bermerek sama dan berjumlah genap seratus, setiap pagi dan sore.Banyak orang yang bertanya-tanya tentang persahabatan mereka berdua. Orang-orang penasaran tentang topik obrolan mereka dan apa kegiatan perempuan itu selama berjam-jam di sana.
Sudah jadi pengetahuan umum bahwa ibu dari anak laki-laki itu, yang mereka sebut Bunda, sangat pandai memasak. Rumah Bunda yang besar dan memiliki banyak kamar adalah rumah kos paling legendaris. Bahkan ada ikatan alumni tak resmi dengan anggota ratusan, dipersatukan oleh kegilaan mereka pada masakan Bunda. Setiap lebaran, Bunda memasak layaknya katering pernikahan. Terlalu banyak mulut yang harus diberi makan. Namun jika cuma akses tak terbatas atas masakan Bunda yang jadi alasan persahabatan mereka berdua, orang-orang tidak percaya.
Laki-laki itu, yang biasa mereka panggil Abang, adalah makhluk paling dihindari di rumah Bunda, nomor dua sesudah blasteran Doberman yang galaknya di luar akal tapi untungnya sekarang sudah ompong dan buta. Abang tidak galak, tidak menggigit, tapi orang-orang sering dibuat habis akal jika berdekatan dengannya. Setiap pagi dia membangunkan seisi rumah itu dengan ketukannya di pintu dan secerek air panas untuk mandi. Dia menjemput baju-baju kotor dan bisa ngadat kalau disetorkan warna yang tidak sesuai dengan jadwal mencucinya. Sekalipun sanggup, Bunda tidak bisa memasang pemanas air bertenaga listrik atau sel surya. Anaknya harus menjerang air. Secerek air panas dan mencuci baju sewarna adalah masalah eksistensial bagi Abang.
Mengubah rutinitas itu sama saja dengan menawar bumi agar berhenti mengedari matahari.
Bukannya tidak mungkin berkomunikasi wajar dengan Abang, hanya saja perlu kesabaran tinggi yang berbanding terbalik dengan ekspektasi. Dalam tubuh pria 38 tahun itu bersemayam mental anak 4 tahun, demikian menurut para ahli jiwa yang didatangi Bunda. Sekalipun Abang pandai menghafal dan bermain angka, ia tak bisa mengobrolkan makna. Abang gemar mempreteli teve, radio, bahkan mobil, lalu merakitnya lagi lebih baik dari semula. Dia hafal tahun, hari, jam, bahkan menit dari banyak peristiwa. Dia menangkap nada dan memainkannya persis sama di atas piano, bahkan lebih sempurna. Namun dia tidak memahami mengapa orang-orang harus pergi bekerja dan mengapa mereka bercita-cita.
Perempuan di pekarangan itu tahu sesuatu yang orang lain tidak. Abang adalah pendengar yang luar biasa. Perempuan itu bisa bebas bercerita masalah percintaannya yang berjubel dan selalu gagal. Tidak seperti kebanyakan orang, Abang tidak berusaha memberikan solusi. Abang menimpali keluh kesahnya dengan menyebutkan daftar album Genesis dan tahun berapa saja terjadi pergantian anggota. Gerutuannya pada kumpulan laki-laki brengsek yang telah menghancurkan hatinya dibalas dengan gumaman simfoni Beethoven dan tangan yang bergerak-gerak memegang ranting kayu bak seorang konduktor. Abang tidak bisa beradu mata lebih dari lima detik, tapi sedetik pun Abang tidak pernah pergi dari sisinya. Ia pun menyadari sesuatu yang orang lain tidak. Laki-laki di sampingnya itu bisa jadi sahabat yang luar biasa. Barangkali segalanya tetap sama jika Bunda tidak menemukan surat-surat yang ditulis Abang. Untuk pertama kalinya, anak itu menuliskan sesuatu di luar grup musik art rock atau sejarah musik klasik. Ia menuliskan surat cinta-kumpulan kalimat tak tertata yang bercampur dengan menu makanan Dobi, blasteran Doberman yang tinggal tunggu ajal. Tapi ibunya tahu itu adalah surat cinta.
Barangkali segalanya tetap sama jika adik Abang, anak bungsu Bunda, tidak kembali dari merantau panjang di luar negeri. Sang adik, kata orang-orang, adalah hadiah dari Tuhan untuk ketabahan Bunda yang cepat menjanda, disusul musibah yang menimpa anak pertamanya, seorang gadis yang bahkan tak sempat lulus SD, yang meninggal karena penyakit langka dan tak ada obatnya, lalu anak keduanya, Abang, mengidap autis pada saat dunia kedokteran masih awam soal autisme sehingga tak pernah tertangani dengan baik. Anak bungsunya, yang juga laki-laki, menurut orang-orang adalah figur sempurna. Ia pintar, normal dan fisiknya menarik. Ia hanya tak pernah di rumah kerena sedari remaja meninggalkan Indonesia demi bersekolah.
Barangkali sang adik tetap menjadi figur yang sempurna jika saja ia tidak memacari perempuan satu-satunya yang dikirimi surat cinta oleh kakaknya. Bunda tahu, secerek air panas dan cucian bewarna seragam sudah resmi bergandengan dengan rutinitas lain: perempuan itu. Dan bagi Abang, rutinitas bukan sekadar hobi, melainkan eksistensi.
Pertama kali Bunda mengetahui si bungsu dan perempuan itu berpacaran, Bunda langsung mengadakan pertemuan empat mata. Ia memilih perempuan itu untuk diajak bicara pertama karena dipikirnya akan lebih mudah.
“Bagi kamu pasti ini terdengar aneh. Mereka dua-duanya anak Bunda. Tapi kalau ditanya, siapa yang bisa mencintai kamu paling tulus, Bunda akan menjagokan Abang.”
Perempuan itu terenyak. Apa-apaan ini? Pikirnya gusar. Jangan pernah bermimpi dia akan memilih manusia satu itu untuk dijadikan pacar. Jelas tidak mungkin.
Bunda melanjutkan dengan suara tertahan, “Dia mencintai bukan Cuma dengan hati. Tapi seluruh jiwanya. Bukan basa-basi surat cinta, bukan Cuma rayuan gombal, tapi fakta. Adiknya bisa cinta sama kamu, tapi kalau kalian putus, dia dengan gampang cari lagi. Tapi Abang tidak mungkin cari yang lain. Dia cinta sama kamu tanpa pilihan. Seumur hidupnya.”
“Tapi... Bunda bukan malaikat yang bisa baca pikiran orang. Bunda tidak bisa bilang siapa yang lebih sayang sama saya. Tidak akan ada yang pernah tahu.”
Saat itu mata Bunda berkaca-kaca. Begitu juga dengan matanya. Tak lama mereka menangis berdua. Namun ia tahu perbedaan dirinya dengan Bunda. Bagi perempuan itu, cinta tanpa pilihan adalah penjara. Ia ingin dirinya dipilih dari sekian banyak pilihan. Bukan karena ia satu-satunya pilihan yang ada.
Masih sambil berbaring, dengan punggung tangannya perempuan itu mengusap-usap rumput. Lengannya bergerak lambat dan gemulai seolah manarikan tari perpisahan. Ini akan menjadi malam Minggu terakhirnya di pekarangan serapi lapangan golf. Semalam mereka berbicara bertiga. Dia, Bunda dan si bungsu.
“Dia tidak bodoh.”
“Bunda, saya tau dia tidak bodoh.”
“Dia akan segera tahu kalian berpacaran.”
“Mami, lebih baik dia tahu sekarang daripada nanti setelah kami menikah.”
Bunda melengakkan kepala dengan tatapan tak percaya. “Bagi Abangmu, apa bedanya sekarang dan nanti?”
“Kami tidak mungkin sembunyi-sembunyi seumur hidup!” Anak laki-lakinya setengah berseru.
“Kalau perlu kalian harus sembunyi-sembunyi seumur hidup!” balas Bunda lebih tegas.
“Ini tidak adil. Ini tidak masuk akal...” protes anaknya lagi.
“Jangan bicara soal adil dan masuk akal. Aturan kamu, aturan kita, tidak berlaku bagi dia...” desis Bunda, “kamu tidak tinggal di rumah ini. Kamu tidak mengenalnya seperti Mami.”
Suatu hari, pernah ada anak kos yang jahil. Dia menyembunyikan satu dari seratus sabun koleksi Abang. Bunda sedang pergi ke pasar waktu itu. Abang mengacak-acak satu rumah, lalu pergi minggat demi mencari sebatang sabunnya yang hilang. Tiga mobil polisi menelusuri kota mencari jejaknya. Baru sore hari ia ditemukan di sebuah warung. Ada sabun yang persis sama dipajang di etalase dan Abang langsung menyerbu masuk untuk mengambil. Penjaga warung menelepon polisi karena tidak berani mengusir sendiri.
Kejadian itu mengharuskan Abang diterapi selama beberapa bulan ke rumah sakit dan diberi obat penenang. Bunda tahu betapa anaknya membenci rumah sakit dan obat-obatan itu hanya membuat otaknya rapuh. Tak ada yang memahami bahwa seratus sabun adalah syarat bagi anaknya untuk beroleh hidup yang wajar.
“Kamu harus tetap kemari setiap malam minggu. Tidak bisa tidak,” kata Bunda pada perempuan itu. “Dan selama kalian di rumah ini, kalian tidak boleh kelihatan seperti kekasih. Buat kalian mungkin tidak masuk akal. Tapi hanya dengan begitu abangmu bisa bertahan.”
Selepas berbicara dengan Bunda, mereka berbicara berdua. Mereka sepakat untuk selama-lamanya pergi dari kehidupan rumah itu. Tidak mungkin mereka terpenjara setiap minggu di sana. Mereka menolak menjadi bagian dari ritual menjerang air, cuci baju, dan seratus sabun.
Di pekarangan dengan tinggi rumput seragam, perempuan itu mengucapkan selamat tinggal di dalam hati. Persahabatan yang luar biasa ternyata mensyaratkan pengorbanan di luar batas kesanggupannya. Perempuan itu mengucap maap berulang kali di dalam hati.
Sejenak lagi, malam Minggu terakhir mereka usai.
Bunda menangisi setiap malam Minggu. Tidak pakai air mata karena ia tidak punya cukup waktu. Ia menangis cukup dalam hati.
Semua anak kos kini menyingkir jika malam Minggu tiba. Mereka tidak tahan mendengar suara lolongan, barang-barang yang diberantaki, dan seseorang yang hilir mudik gelisah mengucap satu nama seperti mantra. Menanyakan keberadaannya.
Kalau beruntung, Abang akhirnya kelelahan sendiri lalu tertidur di pangkuan ibunya. Kalau tidak, sang ibu terpaksa menutup hari anaknya dengan obat penenang.
Pada setiap penghujung malam Minggu, Bunda bersandar kelelahan dengan bulir-bulir besar peluh membasahi wajah, anaknya yang berbadan dua kali lebih besar tertidur memeluk kakinya erat-erat. Selain dengkuran dan napas anaknya yang memburu, tidak ada suara lain dirumah besar itu. Semua pergi. Dobi telah mati.
Bunda tak bisa dan tak merasa perlu mengutuk siapa-siapa. Mereka yang tidak paham dahsyatnya api akan mengobarkannya dengan sembrono. Mereka yang tidak paham energi cinta akan meledakkannya dengan sia-sia. Perempuan muda itu benar. Dirinya bukan malaikat yang tahu siapa lebih mencintai siapa dan untuk berapa lama. Tidak penting, ia sudah tau. Cintanya adalah paket air mata, keringat dan dedikasi untuk merangkai jutaan hal kecil agar dunia ini menjadi tempat yang indah dan masuk akal begi seseorang. Bukan baginya. Cintanya tak punya cukup waktu untuk dirinya sendiri. Tidak perlu ada kompetisi di sini. Ia, dan juga malaikat, tahu siapa juaranya.