ANALISIS
STRUKTUR DALAM CERPEN
“
MALAIKAT JUGA TAHU “ Karya Dewi Lestari
A. Deskripsi
Data
Penulis
memilih cerpen “Malaikat Juga Tahu” karya Dewi Lestari dengan pertimbangan dan
alasan. Penulis tertarik kepada cerpen ini karena cerpen ini ditulis oleh pengarang
yang merupakan seorang di antara sedikit penulis Indonesia yang cerdas dan
menghasilkan karya dengan tema-tema yang unik serta memberikan makna yang
berkesan atas karyanya terhadap pembaca. Dalam karyanya Dewi Lestari selain
cerpen ia menciptakan lebih awal lirik lagunya yang kemudian cerpen tersebut
direalisasikan ke dalam bentuk yang berbeda yaitu video clip. Ketiga karya ini
merupkan hal yang baru dalam dunia sastra Indonesia karena pengarang bisa
menghadirkan sekaligus tiga genre yang berbeda namun memiliki hubungan atau
keterkaitan di antara tiga genre tersebut. Hal ini yang menarik bagi penulis
untuk mengkaji karya Dewi Lestari tersebut.
Cerpen
“Malaikat Juga Tahu” karya Dewi Lestari ini, dapat digolongkan ke dalam teks
transformasi karena teks ini merupakan teks baru yang mengacu kekinian (lebih
dahulu diciptakan) dan adapun lirik lagu “Malaikat Juga Tahu” menjadi teks
hipogram dari cerpen “Malaikat Juga Tahu” karya Dewi Lestari, maka dari itu,
pemilihan korpus ini sangatlah tepat karena penulis dapat menganalisis
menggunakan pendekatan intertekstualitas atau resepsi sastra.
a. Biografi
tokoh
1. Dewi
Lestari
Dewi Lestari yang bernama pena Dee, nama
pena Dee ini awalnya dikenal sebagai anggota triovokal Rida Sita Dewi. Kemudian
setelah menerbitkan novel pertamanya di tahun 2001, Dee dikenal juga sebagai
penulis. Dee sendiri dalam tiap cerita di novelnya yang berjudul Rectoverso ini
tidak mencantumkan nama pada setiap karakter yang ia paparkan dalam setiap
cerita, dee hanya menggunakan kata ganti orang pertama, kedua, dan ketiga. kali
ini hadir dengan mahakarya unik dan pertama di Indonesia. Rectoverso merupakan
hibrida dari fiksi dan musik, terdiri dari sebelas cerita pendek dan sebelas
lagu yang bisa dinikmati secara terpisah maupun bersama-sama. Keduanya saling
melengkapi bagaikan dua imaji yang seolah berdiri sendiri tapi sesungguhnya
merupakan satu kesatuan. Inilah cermin dari dua dunia Dewi Lestari yang ia
ekspresikan dalam nafas kreatifitas tunggal bertajuk Rectoverso. Berawal dari
proses kreatif sebuah lagu “Hanya Isyarat” yang diciptakan pada awal tahun
2006, Dee merasakan bagaimana inspirasinya yang tidak terwadahi kalau
diwujudkan hanya lewat satu saluran saja. Inspirasi yang sama seolah mendorong
Dee untuk terus mencari bentuk lain, hingga “Hanya Isyarat” akhirnya diwujudkan
juga dalam
sebuah cerpen. Proses selanjutnya
jadilah satu karya yang utuh dalam
kumpulan cerpen dengan lagu berjudul Rectoverso.
Dalam Rectoverso ini,
musik dan fiksi saling bercermin dan melengkapi. Di dalam buku kumpulan cerpen
yang berjudul Rectoverso ini, terdapat pula sebelas lirik lagunya. Sebelas
cerpen dan sebelas lirik lagu tersebut mempunyai judul yang sama, judul di
dalam karya tersebut adalah “Curhat Buat Sahabat”, “Malaikat Juga Tahu”,
“Selamat Ulang Tahun”, “Aku Ada”, “Hanya Isyarat”, “Peluk”, “Grow a Day Older”,
“Cicak di Dinding”, “Firasat”, “Tidur”, dan “Back to Heaven’s Light”. Dari
sebelas judul lagu tersebut, terdapat satu judul lagu yang diandalkan yaitu
“Malaikat Juga Tahu” selain direalisasikan ke dalam bentuk lagu dan cerpen,
juga terdapat bentuk visualisasinya yaitu video clip.
b. Sinopsis
Cerpen “ Malaikat juga tahu “ karya Dewi Lestari
Cerpen yang bertemakan cinta dan
kasih sayang ini mengajarkan manusia untuk belajar banyak dari peristiwa yang
pahit dalam hidupnya, bukan dari yang manis-manis. Pada dasarnya cerpen ini
mengandung unsur sosial, yakni terpancar pada karakter utamanya yaitu
penyandang cacat mental (autis). Tergambar bahwa cinta tidak selalu dilukiskan
oleh kata-kata manis, hatilah yang selalu menjadi penopang akan suatu rasa,
entah sampai kapan perasaan itu terbalas. Faktor dari cerita ini dapat
meningkatkan kepekaan para pembaca terhadap karya sastra, sehingga mereka tidak
hanya menikmati bacaan saja akan tetapi mampu mencerna pemikiran-pemikiran dan
maksud sesungguhnya yang disampaikan penulis sebagai bahan pembelajaran moral.
Cerpen ini mengisahkan tentang
kedekatan seorang penyandang autis yang dipanggil “Abang” dengan seorang gadis
cantik yang kost dirumah ibunya yang biasa disebut bunda. Gadis tersebut dan
abang sangatlah akrab, dalam kesehariannya gadis itu selalu bebas bercerita
tentang masalah percintaannya yang banyak dan selalu gagal. Orang-orang
disekeliling mereka sampai terheran-heran dengannya, Topik seperti apa yang ia
bicarakan dengan penyandang autis seperti abang, gaya bicaranya saja tidak
rasional dan cara ia menatap orang pun tidak bisa bertahan hingga lima detik.
tetapi bagi gadis tersebut, abang mempunyai ciri khas tersendiri dalam merespon
sesuatu dari lawan bicaranya. Rutinitas aneh yang dilakukan abang yaitu mencuci
pakaian yang tiap harinya harus sesuai dengan warna yang ia tentukan, ia juga
memiliki koleksi sabun dengan merek yang sama sebanyak 100 batang, tiap harinya
ia selalu menghitung ke-100 sabunnya itu.
“Mengubah rutinitas itu sama saja
dengan menawar bumi agar berhenti mengedari matahari.”
Bukannya tidak mungkin
berkomunikasi wajar dengan Abang, hanya saja perlu kesabaran tingkat tinggi
yang berbanding terbalik dengan ekspektasi. Dalam
tubuh pria 38 tahun itu bersemayam
mental anak 4 tahun, demikian menurut para ahli jiwa yang didatangi bunda. Sekalipun
Abang pandai menghafal dan bermain angka, ia tidak bisa mengobrolkan makna. Dia
hafal tahun, hari, jam bahkan menit dari banyak peristiwa. Dia menangkap nada
dan memainkannya persis sama diatas piano, bahkan lebih sempurna. Namun dia
tidak memahami mengapa orang-orang harus pergi bekerja dan mengapa mereka
bercita-cita.
Alur yang terpancarkan dalam cerpen
ini sangatlah rapi, dimana seorang anak penyandang autis mengalami kisah unik
dikehidupannya, dimana ia merasakan senang saat jatuh cinta, sedih, dan juga
sekali-kali memberontak jika tidak ada gadis yang ia cintai disisinya. Cerpen
ini juga mengusuk arti dari seorang ibu, tergambarkan dari kalimat yang
dikatakan seorang ibu bahwa “Perempuan muda itu benar. Dirinya bukan malaikat
yang tahu siapa lebih mencintai siapa dan untuk berapa lama. Tidak penting. Ia
sudah tahu. Cintanya adalah paket air mata, keringat, dan dedikasi untuk
merangkai jutaan hal kecil agar dunia ini menjadi tempat yang indah dan masuk
akal bagi seseorang. Bukan baginya. Cintanya tak punya cukup waktu untuk
dirinya sendiri.”
Melukiskan bahwa cinta seorang ibu
ke abang yang memiliki banyak kekurangan itu tidak ada taranya dibanding
apapun, entah dari si gadis itu atau pun oleh seorang adiknya yang telah sukses
sekarang. Kalimat-kalimat bernilai tinggi ini menandakan bahwa cinta ibu tak
kenal batas, walaupun ibu itu telah mengalami berbagai pahitnya kehidupan, anak
pertamanya telah meninggal dan ditinggal suami, akan tetapi kasih sayang
seorang ibu ini untuk anaknya sangatlah besar, untuk seorang anak penyandang
autis yang sangat mencintai seorang gadis yang telah dimiliki oleh adiknya
sendiri.
Pengisahan kisah ini sangat absurd
oleh keseharian si abang dan artikulasinya dengan sang bunda, dengan cara
bagaimana bunda merawatnya, membuatnya tenang, dan menjadi bagian penting dalam
kehidupannya. Kelemahan dari cerpen ini yaitu sang penulis tidak mencantumkan
nama dalam tiap karakter disetiap paragrafnya, akan tetapi nilai kehidupan,
nilai emansipasi, dan nilai moral yang ada sangatlah kuat dan erat kaitannya.
Setiap pembaca seperti dihanyutkan dalam delegasi tiap paragraf dan
kutipan-kutipannya yang mempunyai tingkatan emosi tinggi. Penggambaran pada
setiap karakter juga tersimpulkan dengan rapi dan jelas.
Jika dibandingkan dengan
novel-novel dee sebelumnya, cerpen ini sangatlah konkrit dengan nilai bahasa
yang lebih mudah dipahami oleh semua kalangan. Pembaca juga pastinya dapat
terinspirasi oleh alur majunya yang elegan dengan kisah kehidupan di tiap
paragrafnya.
Cerpen ini juga memiliki lagu yang
diciptakan oleh sang penulisnya dengan judul yang sama, isi lagunya pun sangat
konkrit dengan cerita yang ada di dalam cerpen tersebut. Selain itu, cerpen
karya sastra dewi lestari ini juga telah diangkat dalam satu paket film yang
berjudul Rectoverso.
Cerita ini tidak kontras dengan
tema cinta yang absurd pada satu tujuan saja, akan tetapi menggambarkan
perubahan-perubahan mental psikis karakternya. Bahwa
kemananya cinta pergi, walaupun setiap
insan di dunia ini merasakannya, cinta tidak selalu berakhir pada akhir yang
sempurna, setiap orang juga memiliki perihal lain atas tujuan hidupnya sendiri.
Pesan ideologis dari cerpen ini
yaitu dapat meningkatkan kepekaan setiap orang terhadap hak asasi manusia dan
keadilan. Dengan adanya cerpen karya dewi lestari ini, diharapkan muncul
perubahan paradigma berfikir dan cara pandang pembaca mengenai penyandang cacat
mental, namun kesamaan hak dan keadilanlah yang menjadi landasannya.
Malaikat Juga Tahu tidak berusaha
memaksakan suatu narasi yang ideal dan menyenangkan, hanya semata menampilkan
realita dengan segala manis dan pahitnya. Ini adalah cerita mengenai seorang
pria yang perasaannya adalah sebuah fakta sederhana tak terbantahkan, seorang
perempuan yang tidak mampu membalas fakta tersebut, dan seorang perempuan lain
yang tingkat kasih sayang dan pemahamannya kepada orang yang disayanginya tidak
ada bandingannya.
B. Analisis
Data
1. Cerpen
“ Malaikat juga tahu “ Karya Dewi Lestari
a. Struktur
Cerpen
1) Alur
Untuk menemukan struktur alur yang
digunakan oleh pengarang di dalam cerpen ini, peneliti berusaha melihat
rangkaian peristiwa yang terdapat di dalam cerpen. Rangkaian peristiwa tersebut
adlah sebagai berikut.
1. Keberadaan
tokoh abang dan gadis yang terbaring di atas rumput untuk bermalam minggu
diperkarangan, persahabatan mereka menjadi topik obrolan banyak orang
2. Dirumah ibu dari abang atau akrab dipanggil bunda
pintar memasak, bunda layaknya memasak katering pas lebaran tiba. Rumah Bunda yang besar dan memiliki banyak kamar adalah rumah kos paling
legendaris.
3. Abang anak laki-laki bunda menjadi orang yang dihindari kedua blasteran
Doberman karena orang dibuat habis akal jika berdekatan dengannya.
4. Untuk
mengubah rutinitas abang memerlukan kesabaran tinggi karena pria berumur 38
tahun itu bermental anak 4 tahun
5. Untuk
pertama kalinya abang menulis surat cinta kumulan kalimat yang tidak tertata
yang bercampur dengan menu makanan tapi bunda tahu itu surat cinta yang
ditujukan untuk gadis di perkarangan bersamanya.
6. Bunda
mempunyai anak yang merupakan hadiah tuhan yang normal, pintar dan fisiknya
menarik yaitu adik bungsu abang , setelah anak pertama bunda meninggal dan
abang mengidap autis.
7. Adik
menjadi figur sempurna dan berpacaran dengan perempuan yang dikirimi surat oleh
abang
8. Bunda
mengetahui bungsu dan perempuan berpacaran sehingga bunda mengadakan pertemuan
empat mata.
9. Bunda
berbicara dengan perempuan itu
10. Bunda
menjagokan abang karena abang mencintai perempuan itu bukan Cuma hati tapi
seluruh jiwa dan tidak mencari pilihan lain
11. Bunda
dan perempuan menangis karena menurut perempuan itu cinta tanpa pilihan adalah
penjara
12. Malam
minggu dilapangan golf, bunda, perempuan
itu dan anaknya yang bungsu berbicara
13. Bunda
meminta untuk menyembunyikan hubungan mereka bahkan kalau bisa seumur hidup,
jangan sampai abang tahu
14. Adik
bungsu abang dan perempuan itu tidak
menerima keputusan ibunya
15.
Kamu harus tetap kemari setiap malam
minggu. Tidak bisa tidak,” kata Bunda
pada perempuan itu. “Dan selama kalian di rumah ini, kalian tidak boleh
kelihatan seperti kekasih
16. Akhirnya
anak bungsu bunda dan perempuan itu sepakat untuk pergi dari rumah dan
kehidupan bunda.
17. Bunda menangis
setiap malam minggu mendengar kepergian anak bungsu dan perempuan itu dan sedih
melihat abang , bunda menangis Tidak pakai air mata karena ia tidak punya cukup
waktu. Ia menangis cukup dalam hati.
18. Bunda tak bisa dan tak
merasa perlu mengutuk siapa-siapa. Mereka yang tidak paham dahsyatnya api akan
mengobarkannya dengan sembrono.
19. Perempuan muda itu
benar. Dirinya bukan malaikat yang tahu siapa lebih mencintai siapa dan untuk
berapa lama
20. Cintanya adalah paket
air mata, keringat dan dedikasi untuk merangkai jutaan hal kecil agar dunia ini
menjadi tempat yang indah dan masuk akal begi seseorang. Bukan baginya.
Cintanya tak punya cukup waktu untuk dirinya sendiri. Tidak perlu ada kompetisi
di sini. Ia, dan juga malaikat, tahu siapa juaranya.
1 - 20
Bagan
urutan sekuen cerpen “ malaikat juga tahu “
Jelaslah bahwa secara
kronologis alur cerpen ini disusun menggunakan alur maju. Karena tidak terdapat
alur mundur atau sorot balik. Pada bagian awal cerpen ini terlihat bahwa
keberadaan tokoh abang dan gadis yang terbaring di atas rumput untuk bermalam
minggu diperkarangan, persahabatan mereka menjadi topik obrolan banyak orang
kemudian dari hari kehari abang dan gadis ini sangat dekat dan bersahabat dan
akhirnya abang walaupun ada kelainan yaitu autis umurnya yang sudah 38 tahun
tapi bermental usia 4 tahun pertama kalinya menulis surat cinta, akan tetapi
perempuan itu berpacaran dengan adik dari abang, bunda mengetahui hal itu
akhirnya bunda ingin berbicara empat mata dengan anak bungsunya dan perempuan
itu, bunda berbicara agar adik bungsu dan perempuan itu menyembunyikan hubungan
mereka dari abang kalau bisa seumur hidup akan tetapi antara adik bungsu dan
perempuan itu tidak sepakat dan akhirnya mereka meninggalkan rumah, saat itu
bunda berpikir bahwa perempuan muda itu benar, dirinya bukan malaikat yang tahu
siapa yang lebih mencintai siapa dan untuk berapa lama, Bunda tak bisa dan tak
merasa perlu mengutuk siapa-siapa. Mereka yang tidak paham dahsyatnya api akan
mengobarkannya dengan sembrono. Mereka yang tidak paham energi cinta akan
meledakkannya dengan sia-sia. Perempuan muda itu benar. Dirinya bukan malaikat yang
tahu siapa lebih mencintai siapa dan untuk berapa lama. Tidak penting, ia sudah
tau. Cintanya adalah paket air mata, keringat dan dedikasi untuk merangkai
jutaan hal kecil agar dunia ini menjadi tempat yang indah dan masuk akal begi
seseorang. Bukan baginya. Cintanya tak punya cukup waktu untuk dirinya sendiri. Tidak perlu ada
kompetisi di sini. Ia, dan juga malaikat, tahu siapa juaranya.
2) Penokohan
a. Abang
anak kedua bunda yang mempunyai kelainan jiwa yaitu autis
Abang adalah tokoh dengan berbagai
kelebihan dan kekurangan. Ia memiliki bakat bermusik serta kemampuan
merekonstruksi barang dan daya hafal yang luar biasa, tetapi kondisi mentalnya
dideskripsikan selevel anak umur 4 tahun walau usianya sudah 38 tahun. Beradasarkan
kutipan dibawah bahwa Sekalipun Abang pandai menghafal dan bermain
angka, ia tak bisa mengobrolkan makna. Abang gemar mempreteli teve, radio,
bahkan mobil, lalu merakitnya lagi lebih baik dari semula. Dia hafal tahun,
hari, jam, bahkan menit dari banyak peristiwa. Dia menangkap nada dan
memainkannya persis sama di atas piano, bahkan lebih sempurna. Namun dia tidak
memahami mengapa orang-orang harus pergi bekerja dan mengapa mereka
bercita-cita. ia merasakan senang saat jatuh cinta, sedih, dan juga
sekali-kali memberontak jika tidak ada gadis yang ia cintai disisinya.
b. Leia,
seorang perempuan yang indekos di rumah Abang dan kerap menemaninya dalam
aktivitas sehari-hari. Sayangnya, Leia tidak dapat memahami atapun membalas
cinta Abang dan akhirnya malah menjalin asmara dengan Hans adik bungsu dari
abang. Terdapat dalam kutipan dibawah ini
“ lebih sayang sama saya. Tidak akan ada
yang pernah tahu.”
Saat itu mata Bunda berkaca-kaca. Begitu
juga dengan matanya. Tak lama mereka menangis berdua. Namun ia tahu perbedaan
dirinya dengan Bunda. Bagi perempuan itu, cinta tanpa pilihan adalah penjara.
Ia ingin dirinya dipilih dari sekian banyak pilihan. Bukan karena ia
satu-satunya pilihan yang ada.
Dari kutipan diatas bahwa perempuan ini
mencintai adik bungsu dari abang dan ia berkata tidak akan ada yang pernah tahu
cinta itu milik siapa dan bertahan sampai kapan, cinta tanpa pilihan adalah
penjara bagi perempuan itu jadi ia memilih pergi bersama adik bungsu abang dan
tidak bisa menyembunyikan hubungan mereka terhadap abang.
c. Hans,
adik dari Abang yang memiliki segalanya yang tidak dipunyai Abang. Dari kutipan
dibawah ini jelas terlihat adik bungsu dari abang adalah figur yang sempurna
dan hadiah dari tuhan ia pintar, normal dan fisiknya menarik.
“ Anak bungsunya, yang juga
laki-laki, menurut orang-orang adalah figur sempurna. Ia pintar, normal dan
fisiknya menarik. Ia hanya tak pernah di rumah kerena sedari remaja
meninggalkan Indonesia demi bersekolah.
d. Bunda
sosok orangtua biasa menjadi pilar utama yang menyokong kehidupan sehari-hari
mereka. Malaikat Juga Tahu menunjukkan aspek ini lewat sosok sang Ibu, yang
selain fasih akan segala rutinitas paling mendetail dalam kehidupan Abang, juga
merupakan satu-satunya sosok yang dapat memahami segala hal yang tak bisa
terucap oleh Abang, menerimanya apa adanya dan senantiasa berada di sisinya
apapun yang terjadi.
“Abang tidak bisa
beradu mata lebih dari lima detik, tapi sedetik pun Abang tidak pernah pergi
dari sisinya. Ia pun menyadari sesuatu yang orang lain tidak. Laki-laki di
sampingnya itu bisa jadi sahabat yang luar biasa. Barangkali segalanya tetap
sama jika Bunda tidak menemukan surat-surat yang ditulis Abang. Untuk pertama
kalinya, anak itu menuliskan sesuatu di luar grup musik art rock atau
sejarah musik klasik. Ia menuliskan surat cinta-kumpulan kalimat tak tertata
yang bercampur dengan menu makanan Dobi, blasteran Doberman yang tinggal tunggu
ajal. Tapi ibunya tahu itu adalah surat cinta.
Dalam
kutipan cerpen diatas terlihat jelas bahwa bunda sangat memahami dan mengerti
apa yang abang lakukan, buktinya pada saat abang menulis surat cinta untuk
pertama kalinya walaupun ia menuliskan kalimat tak tertata yang bercampur
dengan menu makanan Dobi, akan tetapi ibunya tahu bahwa itu adalah surat cinta yang
ditujukan untuk gadis yang selalu bersamanya setiap malam minggu di pekarangan.
3) Latar
Ruang
lingkup sebuah karya sastra fiksi hakikatnya adalah keberadaan sebuah dunia
yang dibangun oleh si pengarang. Latar menyangkut ruang dimana peristiwa itu berlangsung.
Oleh karena itu, latar tidak hanya merupakan bentukan sebuah tempat yang
diciptakan melainkan ruang waktu dan latar budaya bisa saja muncul dalam latar
itu. Pada bagian latar akan diuraikan latar tempat dan latar waktu yang menjadi
latar dari peristiwa yang dialami oleh para tokoh didalam cerpen ini. Latar
tersebut akan diuraikan sebagai berikut :
a. Latar
tempat
-
Di pekarangan
“
Laki-laki dan perempuan itu terbaring di atas rumput, menatap bintang yang
bersembulan dari carikan awan kelabu. Saat yang paling tepat untuk bermalam
minggu di pekarangan”. Perempuan di pekarangan itu tahu sesuatu
yang orang lain tidak. Abang adalah pendengar yang luar biasa. . Ini akan
menjadi malam Minggu terakhirnya di pekarangan serapi lapangan golf. Semalam
mereka berbicara bertiga. Dia, Bunda dan si bungsu.
-
Dirumah bunda yang menjadi kos
legendaris sudah jadi pengetahuan umum bahwa ibu dari anak
laki-laki itu, yang mereka sebut Bunda, sangat pandai memasak. Rumah Bunda yang
besar dan memiliki banyak kamar adalah rumah kos paling legendaris. Peristiwa
kejadian ini terdapat dirumah bunda dan rumah bunda menjadi rumah kos
legendaris.
-
Dirumah
sakit saat abang dirawat bebrapa bulan dirumah sakit Kejadian itu
mengharuskan Abang diterapi selama beberapa bulan ke rumah sakit dan diberi
obat penenang. Bunda tahu betapa anaknya membenci rumah sakit dan obat-obatan
itu hanya membuat otaknya rapuh. Tak ada yang memahami bahwa seratus sabun
adalah syarat bagi anaknya untuk beroleh hidup yang wajar.
b. Latar
waktu
-
Pagi dan sore
Menjerang
air panas setiap hari pukul enam pagi untuk semua penghuni rumah. Menghitung
koleksi sabun mandinya yang bermerek sama dan berjumlah genap seratus, setiap
pagi dan sore.Banyak orang yang bertanya-tanya tentang persahabatan mereka
berdua. Orang-orang penasaran tentang topik obrolan mereka dan apa kegiatan
perempuan itu selama berjam-jam di sana.
-
Malam
Laki-laki
dan perempuan itu terbaring di atas rumput, menatap bintang yang bersembulan
dari carikan awan kelabu. Saat yang paling tepat untuk bermalam minggu di
pekarangan.
c. Latar
suasana
-
Suasana yang menyedihkan dan mengharukan
terdapat dalam kutipan dibawah ini.
Bunda menangisi setiap malam Minggu.
Tidak pakai air mata karena ia tidak punya cukup waktu. Ia menangis cukup dalam
hati.Semua anak kos kini menyingkir jika malam Minggu tiba.
Mereka tidak tahan mendengar suara
lolongan, barang-barang yang diberantaki, dan seseorang yang hilir mudik
gelisah mengucap satu nama seperti mantra. Menanyakan keberadaannya.Kalau
beruntung, Abang akhirnya kelelahan sendiri lalu tertidur di pangkuan ibunya.
Kalau tidak, sang ibu terpaksa menutup hari anaknya dengan obat penenang.Pada
setiap penghujung malam Minggu, Bunda bersandar kelelahan dengan bulir-bulir
besar peluh membasahi wajah, anaknya yang berbadan dua kali lebih besar
tertidur memeluk kakinya erat-erat. Selain dengkuran dan napas anaknya yang
memburu, tidak ada suara lain dirumah besar itu. Semua pergi. Dobi telah mati.
-
Menegangkan terdapat dalam kutipan
dibawah ini
Pertama kali Bunda mengetahui si bungsu dan perempuan itu berpacaran, Bunda
langsung mengadakan pertemuan empat mata. “Tapi... Bunda bukan
malaikat yang bisa baca pikiran orang. Bunda tidak bisa bilang siapa yang lebih
sayang sama saya. Tidak akan ada yang pernah tahu.”Saat itu mata Bunda berkaca-kaca.
Begitu juga dengan matanya. Tak lama mereka menangis berdua. Namun ia tahu
perbedaan dirinya dengan Bunda. Bagi perempuan itu, cinta tanpa pilihan adalah
penjara. Ia ingin dirinya dipilih dari sekian banyak pilihan. Bukan karena ia
satu-satunya pilihan yang ada.
-
Bahagia karena bunda mempunyai dua anak
yang unik, walaupun abang mempunyai sifat autis tapi abang banyak memiliki
kelebihan sedangkan adik bungsu dari abang ia pintar, normal dan mempunyai
fisik yang menarik.
4) Tema
Tema
merupakan pokok permasalahan atau konflik sentral yang terkandung di dalam
cerpen. Karena tema cerita tidak secara langsung disampaikan oleh pengarang,
maka untuk mempermudah menentukan tema, peneliti mencoba mengemukakan konflik
utama yang mendukung terbentuknya sebuah tema. Konflik tersebut adalah sebagai
berikut.
“Bagi kamu pasti ini terdengar aneh. Mereka dua-duanya anak Bunda. Tapi
kalau ditanya, siapa yang bisa mencintai kamu paling tulus, Bunda akan
menjagokan Abang.”
Perempuan itu terenyak. Apa-apaan ini? Pikirnya gusar. Jangan pernah
bermimpi dia akan memilih manusia satu itu untuk dijadikan pacar. Jelas tidak
mungkin.
Bunda melanjutkan dengan suara tertahan, “Dia mencintai bukan Cuma dengan
hati. Tapi seluruh jiwanya.
Bukan basa-basi surat cinta, bukan Cuma rayuan gombal, tapi fakta. Adiknya
bisa cinta sama kamu, tapi kalau kalian putus, dia dengan gampang cari lagi.
Tapi Abang tidak mungkin cari yang lain. Dia cinta sama kamu tanpa pilihan.
Seumur hidupnya.”
“Tapi... Bunda bukan malaikat yang bisa baca pikiran orang. Bunda tidak
bisa bilang siapa yang lebih sayang sama saya. Tidak akan ada yang pernah
tahu.”
Saat itu mata Bunda berkaca-kaca. Begitu juga dengan matanya. Tak lama
mereka menangis berdua. Namun ia tahu perbedaan dirinya dengan Bunda. Bagi perempuan
itu, cinta tanpa pilihan adalah penjara. Ia ingin dirinya dipilih dari sekian
banyak pilihan. Bukan karena ia satu-satunya pilihan yang ada.
Berdasarkan
kutipan di atas jelaslah bahwa tema yang diangkat iala mengenai
Cerpen yang bertemakan cinta dan
kasih sayang ini mengajarkan manusia untuk belajar banyak dari peristiwa yang
pahit dalam hidupnya, bukan dari yang manis-manis. Pada dasarnya cerpen ini
mengandung unsur sosial, yakni terpancar pada karakter utamanya yaitu
penyandang cacat mental (autis). Tergambar bahwa cinta tidak selalu dilukiskan
oleh kata-kata manis, hatilah yang selalu menjadi penopang akan suatu rasa,
entah sampai kapan perasaan itu terbalas. Faktor dari cerita ini dapat
meningkatkan kepekaan para pembaca terhadap karya sastra, sehingga mereka tidak
hanya menikmati bacaan saja akan tetapi mampu mencerna pemikiran-pemikiran dan
maksud sesungguhnya yang disampaikan penulis sebagai bahan pembelajaran moral.
Melukiskan bahwa cinta seorang ibu ke abang yang memiliki banyak kekurangan itu
tidak ada taranya dibanding apapun, entah dari si gadis itu atau pun oleh
seorang adiknya yang telah sukses sekarang. Kalimat-kalimat bernilai tinggi ini
menandakan bahwa cinta ibu tak kenal batas, walaupun ibu itu telah mengalami
berbagai pahitnya kehidupan, anak pertamanya telah meninggal dan ditinggal
suami, akan tetapi kasih sayang seorang ibu ini untuk anaknya sangatlah besar,
untuk seorang anak penyandang autis yang sangat mencintai seorang gadis yang
telah dimiliki oleh adiknya sendiri.
LAMPIRAN 1. OBJEK PENELITIAN
Malaikat Juga Tahu
Karya Dewi Lestari
Laki-laki dan
perempuan itu terbaring di atas rumput, menatap bintang yang bersembulan dari
carikan awan kelabu. Saat yang paling tepat untuk bermalam minggu di pekarangan.
Perempuan itu hafal rutinitas ketat yang
berlaku di sana. Laki-laki di sebelahnya memangkas rumput setiap hari Selasa,
Kamis, dan Sabtu. Mencuci baju putih setiap Senin, baju bewarna gelap hari
Rabu, baju bewarna sedang hari Jumat. Menjerang air panas setiap hari pukul
enam pagi untuk semua penghuni rumah. Menghitung koleksi sabun mandinya yang
bermerek sama dan berjumlah genap seratus, setiap pagi dan sore.Banyak orang
yang bertanya-tanya tentang persahabatan mereka berdua. Orang-orang penasaran
tentang topik obrolan mereka dan apa kegiatan perempuan itu selama berjam-jam
di sana.
Sudah jadi pengetahuan
umum bahwa ibu dari anak laki-laki itu, yang mereka sebut Bunda, sangat pandai
memasak. Rumah Bunda yang besar dan memiliki banyak kamar adalah rumah kos
paling legendaris. Bahkan ada ikatan alumni tak resmi dengan anggota ratusan,
dipersatukan oleh kegilaan mereka pada masakan Bunda. Setiap lebaran, Bunda
memasak layaknya katering pernikahan. Terlalu banyak mulut yang harus diberi
makan. Namun jika cuma akses tak terbatas atas masakan Bunda yang jadi alasan
persahabatan mereka berdua, orang-orang tidak percaya.
Laki-laki itu, yang
biasa mereka panggil Abang, adalah makhluk paling dihindari di rumah Bunda,
nomor dua sesudah blasteran Doberman yang galaknya di luar akal tapi untungnya
sekarang sudah ompong dan buta. Abang tidak galak, tidak menggigit, tapi
orang-orang sering dibuat habis akal jika berdekatan dengannya. Setiap pagi dia
membangunkan seisi rumah itu dengan ketukannya di pintu dan secerek air panas
untuk mandi. Dia menjemput baju-baju kotor dan bisa ngadat kalau disetorkan
warna yang tidak sesuai dengan jadwal mencucinya. Sekalipun sanggup, Bunda
tidak bisa memasang pemanas air bertenaga listrik atau sel surya. Anaknya harus
menjerang air. Secerek air panas dan mencuci baju sewarna adalah masalah
eksistensial bagi Abang.
Mengubah rutinitas itu
sama saja dengan menawar bumi agar berhenti mengedari matahari.
Bukannya tidak mungkin berkomunikasi
wajar dengan Abang, hanya saja perlu kesabaran tinggi yang berbanding terbalik
dengan ekspektasi. Dalam tubuh pria 38 tahun itu bersemayam mental anak 4
tahun, demikian menurut para ahli jiwa yang didatangi Bunda. Sekalipun Abang
pandai menghafal dan bermain angka, ia tak bisa mengobrolkan makna. Abang gemar
mempreteli teve, radio, bahkan mobil, lalu merakitnya lagi lebih baik dari
semula. Dia hafal tahun, hari, jam, bahkan menit dari banyak peristiwa. Dia
menangkap nada dan memainkannya persis sama di atas piano, bahkan lebih
sempurna. Namun dia tidak memahami mengapa orang-orang harus pergi bekerja dan
mengapa mereka bercita-cita.
Perempuan di
pekarangan itu tahu sesuatu yang orang lain tidak. Abang adalah pendengar yang
luar biasa. Perempuan itu bisa bebas bercerita masalah percintaannya yang
berjubel dan selalu gagal. Tidak seperti kebanyakan orang, Abang tidak berusaha
memberikan solusi. Abang menimpali keluh kesahnya dengan menyebutkan daftar
album Genesis dan tahun berapa saja terjadi pergantian anggota. Gerutuannya
pada kumpulan laki-laki brengsek yang telah menghancurkan hatinya dibalas
dengan gumaman simfoni Beethoven dan tangan yang bergerak-gerak memegang
ranting kayu bak seorang konduktor. Abang tidak bisa beradu mata lebih dari
lima detik, tapi sedetik pun Abang tidak pernah pergi dari sisinya. Ia pun
menyadari sesuatu yang orang lain tidak. Laki-laki di sampingnya itu bisa jadi
sahabat yang luar biasa. Barangkali segalanya tetap sama jika Bunda tidak
menemukan surat-surat yang ditulis Abang. Untuk pertama kalinya, anak itu
menuliskan sesuatu di luar grup musik art rock atau sejarah
musik klasik. Ia menuliskan surat cinta-kumpulan kalimat tak tertata yang
bercampur dengan menu makanan Dobi, blasteran Doberman yang tinggal tunggu
ajal. Tapi ibunya tahu itu adalah surat cinta.
Barangkali segalanya
tetap sama jika adik Abang, anak bungsu Bunda, tidak kembali dari merantau
panjang di luar negeri. Sang adik, kata orang-orang, adalah hadiah dari Tuhan
untuk ketabahan Bunda yang cepat menjanda, disusul musibah yang menimpa anak
pertamanya, seorang gadis yang bahkan tak sempat lulus SD, yang meninggal
karena penyakit langka dan tak ada obatnya, lalu anak keduanya, Abang, mengidap
autis pada saat dunia kedokteran masih awam soal autisme sehingga tak pernah
tertangani dengan baik. Anak bungsunya, yang juga laki-laki, menurut
orang-orang adalah figur sempurna. Ia pintar, normal dan fisiknya menarik. Ia
hanya tak pernah di rumah kerena sedari remaja meninggalkan Indonesia demi
bersekolah.
Barangkali sang adik
tetap menjadi figur yang sempurna jika saja ia tidak memacari perempuan
satu-satunya yang dikirimi surat cinta oleh kakaknya. Bunda tahu, secerek air
panas dan cucian bewarna seragam sudah resmi bergandengan dengan rutinitas
lain: perempuan itu. Dan bagi Abang, rutinitas bukan sekadar hobi, melainkan eksistensi.
Pertama kali Bunda mengetahui si bungsu
dan perempuan itu berpacaran, Bunda langsung mengadakan pertemuan empat mata.
Ia memilih perempuan itu untuk diajak bicara pertama karena dipikirnya akan
lebih mudah.
“Bagi kamu pasti ini
terdengar aneh. Mereka dua-duanya anak Bunda. Tapi kalau ditanya, siapa yang
bisa mencintai kamu paling tulus, Bunda akan menjagokan Abang.”
Perempuan itu terenyak. Apa-apaan ini?
Pikirnya gusar. Jangan pernah bermimpi dia akan memilih manusia satu itu untuk
dijadikan pacar. Jelas tidak mungkin.
Bunda melanjutkan dengan suara tertahan,
“Dia mencintai bukan Cuma dengan hati. Tapi seluruh jiwanya. Bukan basa-basi
surat cinta, bukan Cuma rayuan gombal, tapi fakta. Adiknya bisa cinta sama
kamu, tapi kalau kalian putus, dia dengan gampang cari lagi. Tapi Abang tidak
mungkin cari yang lain. Dia cinta sama kamu tanpa pilihan. Seumur hidupnya.”
“Tapi... Bunda bukan malaikat yang bisa
baca pikiran orang. Bunda tidak bisa bilang siapa yang lebih sayang sama saya.
Tidak akan ada yang pernah tahu.”
Saat itu mata Bunda berkaca-kaca. Begitu
juga dengan matanya. Tak lama mereka menangis berdua. Namun ia tahu perbedaan
dirinya dengan Bunda. Bagi perempuan itu, cinta tanpa pilihan adalah penjara.
Ia ingin dirinya dipilih dari sekian banyak pilihan. Bukan karena ia
satu-satunya pilihan yang ada.
Masih sambil
berbaring, dengan punggung tangannya perempuan itu mengusap-usap rumput.
Lengannya bergerak lambat dan gemulai seolah manarikan tari perpisahan. Ini
akan menjadi malam Minggu terakhirnya di pekarangan serapi lapangan golf.
Semalam mereka berbicara bertiga. Dia, Bunda dan si bungsu.
“Dia tidak bodoh.”
“Bunda, saya tau dia tidak bodoh.”
“Dia akan segera tahu kalian
berpacaran.”
“Mami, lebih baik dia tahu sekarang
daripada nanti setelah kami menikah.”
Bunda melengakkan kepala dengan tatapan
tak percaya. “Bagi Abangmu, apa bedanya sekarang dan nanti?”
“Kami tidak mungkin sembunyi-sembunyi
seumur hidup!” Anak laki-lakinya setengah berseru.
“Kalau perlu kalian harus
sembunyi-sembunyi seumur hidup!” balas Bunda lebih tegas.
“Ini tidak adil. Ini tidak masuk
akal...” protes anaknya lagi.
“Jangan bicara soal adil dan masuk akal.
Aturan kamu, aturan kita, tidak berlaku bagi dia...” desis Bunda, “kamu tidak
tinggal di rumah ini. Kamu tidak mengenalnya seperti Mami.”
Suatu hari, pernah ada anak kos yang
jahil. Dia menyembunyikan satu dari seratus sabun koleksi Abang. Bunda sedang
pergi ke pasar waktu itu. Abang mengacak-acak satu rumah, lalu pergi minggat
demi mencari sebatang sabunnya yang hilang. Tiga mobil polisi menelusuri kota
mencari jejaknya. Baru sore hari ia ditemukan di sebuah warung. Ada sabun yang
persis sama dipajang di etalase dan Abang langsung menyerbu masuk untuk
mengambil. Penjaga warung menelepon polisi karena tidak berani mengusir sendiri.
Kejadian itu mengharuskan Abang diterapi
selama beberapa bulan ke rumah sakit dan diberi obat penenang. Bunda tahu
betapa anaknya membenci rumah sakit dan obat-obatan itu hanya membuat otaknya
rapuh. Tak ada yang memahami bahwa seratus sabun adalah syarat bagi anaknya
untuk beroleh hidup yang wajar.
“Kamu harus tetap kemari setiap malam
minggu. Tidak bisa tidak,” kata Bunda pada perempuan itu. “Dan selama kalian di
rumah ini, kalian tidak boleh kelihatan seperti kekasih. Buat kalian mungkin
tidak masuk akal. Tapi hanya dengan begitu abangmu bisa bertahan.”
Selepas berbicara dengan Bunda, mereka
berbicara berdua. Mereka sepakat untuk selama-lamanya pergi dari kehidupan
rumah itu. Tidak mungkin mereka terpenjara setiap minggu di sana. Mereka
menolak menjadi bagian dari ritual menjerang air, cuci baju, dan seratus sabun.
Di pekarangan dengan tinggi rumput
seragam, perempuan itu mengucapkan selamat tinggal di dalam hati. Persahabatan
yang luar biasa ternyata mensyaratkan pengorbanan di luar batas kesanggupannya.
Perempuan itu mengucap maap berulang kali di dalam hati.
Sejenak lagi, malam Minggu terakhir
mereka usai.
Bunda menangisi setiap
malam Minggu. Tidak pakai air mata karena ia tidak punya cukup waktu. Ia
menangis cukup dalam hati.
Semua anak kos kini menyingkir jika
malam Minggu tiba. Mereka tidak tahan mendengar suara lolongan, barang-barang
yang diberantaki, dan seseorang yang hilir mudik gelisah mengucap satu nama
seperti mantra. Menanyakan keberadaannya.
Kalau beruntung, Abang akhirnya
kelelahan sendiri lalu tertidur di pangkuan ibunya. Kalau tidak, sang ibu
terpaksa menutup hari anaknya dengan obat penenang.
Pada setiap penghujung malam Minggu,
Bunda bersandar kelelahan dengan bulir-bulir besar peluh membasahi wajah,
anaknya yang berbadan dua kali lebih besar tertidur memeluk kakinya erat-erat.
Selain dengkuran dan napas anaknya yang memburu, tidak ada suara lain dirumah
besar itu. Semua pergi. Dobi telah mati.
Bunda tak bisa dan tak
merasa perlu mengutuk siapa-siapa. Mereka yang tidak paham dahsyatnya api akan
mengobarkannya dengan sembrono. Mereka yang tidak paham energi cinta akan
meledakkannya dengan sia-sia. Perempuan muda itu benar. Dirinya bukan malaikat yang
tahu siapa lebih mencintai siapa dan untuk berapa lama. Tidak penting, ia sudah
tau. Cintanya adalah paket air mata, keringat dan dedikasi untuk merangkai
jutaan hal kecil agar dunia ini menjadi tempat yang indah dan masuk akal begi
seseorang. Bukan baginya. Cintanya tak punya cukup waktu untuk dirinya sendiri. Tidak perlu ada
kompetisi di sini. Ia, dan juga malaikat, tahu siapa juaranya.
http://updatetaipanbiru.blogspot.com/2018/09/taipanqq-6-alasan-hubungan-putus.html
BalasHapushttp://taipanpelangi.blogspot.com/2018/09/pemenang-pada-tanggal-05092018-buruan.html
Taipanbiru
TAIPANBIRU . COM | QQTAIPAN .NET | ASIATAIPAN . COM |
-KARTU BOLEH BANDING, SERVICE JANGAN TANDING !-
Jangan Menunda Kemenangan Bermain Anda ! Segera Daftarkan User ID terbaik nya & Mainkan Kartu Bagusnya.
Dengan minimal Deposit hanya Rp 20.000,-
1 user ID sudah bisa bermain 8 Permainan.
• BandarQ
• AduQ
• Capsasusun
• Domino99
• Poker
• BandarPoker
• Sakong
• Bandar66
Kami juga akan memudahkan anda untuk pembuatan ID dengan registrasi secara gratis.
Untuk proses DEPO & WITHDRAW langsung ditangani oleh
customer service kami yang profesional dan ramah.
NO SYSTEM ROBOT!!! 100 % PLAYER Vs PLAYER
Anda Juga Dapat Memainkannya Via Android / IPhone / IPad
Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami-Online 24jam !!
• WA: +62 813 8217 0873
• BB : E314EED5
Daftar taipanqq
Taipanqq
taipanqq.com
Agen BandarQ
Kartu Online
Taipan1945
Judi Online
AgenSakong