Minggu, 01 Mei 2016

CERPEN TUGAS UTS SANGGAR BAHASA DAN SASTRA


DEMI KELUARGA
KARYA : MIRA DIANTI

Lantunan Adzan subuh baru saja di kumandangkan, seketika bangunlah seorang gadis yang bergegas-gegas menyiapkan diri untuk membantu Ibunya yang sehari-hari membuat kue. ia adalah Riana. Riana baru saja duduk di bangku kelas 3 SMA, akan tetapi ia sudah di libatkan dalam kesulitan perekonomian. Riana bukan golongan orang yang susah, bahkan ia termasuk orang kelas menengah yang memiliki ayah seorang kapten kapal. Terus mengapa dia membantu ibunya sehari-hari membuat kue? Inilah yang menjadi kisah yang membuat Riana seakan bangkit dari kebiasaan nya yang manja menjadi lebih mandiri, tidak lain tidak bukan karena broken home, ayah Riana sengaja meninggalkan Ibu Riana tanpa kata cerai atau perpisahan.
“Sini ma, Riana bantu”. Sambil memegang adonan kue.
“Lain kali bangun yang cepat nak, tolong mama buat kue, takut tak sempat nanti tak cukup duitnya” Ujur Ibu Riana dengan nada agak menekan.
“Iya ma, ana juga tau. Lagi pun mau sekolah juga sebentar lagi ”Sahut Riana dengan suara agak keras lalu pergi meninggalkan Ibunya dan bergegas ke kamar mandi.
            Setelah selesai Riana pun bergegas bersiap diri untuk pergi sekolah yang merupakan SMA terfavorit di kampungnya. Tidak lupa sebelum sampai ke sekolah Riana menjemput teman dekat nya yang bernama Riska. Kebetulan rumah Riska dan Riana Searah. Sampainya Di sekolah Riska dan Riana pun di sapa kedua teman mereka yaitu Vivi dan Ika.
“Woi Sini dulu”  Teriak Vivi dan Ika. Vivi dan Ika adalah adik beradik yang hanya selisih 1 tahun akan tetapi menjadi sekelas karena Vivi yang merupakan adik Ika masuk sekolah lebih cepat dari umur biasanya.
“Apa sih, pagi-pagi udah teriak-teriak kayak orang gila”
“Enak aja gila, nanti sore ada SMK BM sama SMA 3 yang tanding sore ni, pergi yuk ramai-ramai kita pakai baju bola semua” Ujar Ika kesenangan.
“Yok lah, memang kebetulan ada yang mau di lihat ni. Kita pergi ya na? Nanti aku jemput? “ Tanya Riska
“Tapi,?”
“Sekali-kali aja lah na, di jemput juga pun ”Bujuk Vivi”
“Oke, tapi nanti pulang temanin aku dulu ya Ris, ke toko mau beli pesanan mama aku”
“Oke”.
Bel pun berbunyi, mereka pun masuk ke kelas untuk menerima pelajaran yang akan diberikan. Sepulangnya, Riana dan Riska pun bergegas meninggalkan sekolah dan menuju salah satu minimarket.
Riana pun mulai memilah-milih apa yang ingin ia beli.
“Tepung, Telor, Gula, Bakingpowder, terus apalagi ya? Oh iya Susu”
“Ooh beli peralatan buat kue, susu yang mana na? ” Sambil menunjukan dua merk susu.
“Bukan lah. Ini ha susu cap buah”.
“Mana enak tu untuk kue, coba yang lain dulu’.
“Ini bukan untuk kue Riska sayang, ini untuk adik aku ” Mengambil 3 kaleng susu.
Seketika Riska tersentak lalu terdiam. Dalam hati ia berbicara “Ya Allah anak kecil berumur 2-5 tahun seharusnya dikasih susu yang kotak yang memiliki gizi dan nutrisi yang pas ini kok susu kaleng itu pun merk nya tidak terkenal”.
“Ya udah, ambilah nanti sore jam 4 aku jemput” Ingat Riska kepada Riana
           


Waktu yang di tunggu pun telah tiba. Sampailah Riana, Riska, Vivi dan Ika dengan memakai baju seragam bola di stadiun. Tiba-Tiba ada yang menarik tangan Riana, Lelaki separuh baya. Riana pun bergegas mendatangi dan menyalaminya.Vivi dan Ika pun melirik ke Riska seperti memberi kode siapakah lelaki yang di dekati Riana.
“Eh sinilah dulu, Ini puang aku. Sebutan Riana terhadap lelaki itu. Ini Bapak aku, kalau dalam bugis Bapak di panggil puang atau ambok”
Bukannya mendekat, Riska, Vivi dan Ika pun mulai merasa aneh. Selama-lama ini mereka berteman baru pertama kali mereka mengetahui bahwa itu adalah Ayah Riana.
“Pak minta duit, Mama minta duit untuk belanja, sama uang susu adik. Degan bergegas di keluarkan uang yang mungkin Rp 500.000 Dari dompetnya yang tebal itu”
Akhirnya Riana mulai membuka cerita tentang apa yang di alami keluarganya, terutama dengan teman dekat nya Riska. cerita tersebut berlanjutlah sampai keesokan harinya.
“Ris, aku mau cerita, jangan kasih tau siapa-siapa ya” ujar Riana sambil menahan tangisnya.
“Kenapa? Cerita ajalah, aku kan kawan kau, kita kan sudah lama berteman dan tahu aku gimana, tak mungkinlah aku ceritakan sama orang lain”.
“Ris, bapak aku kenalkan aku sama ceweknya, dia mau nikah sama orang itu, dia minta persetujuan aku, mana lah aku suka. Tidak ada perasaan, tak mikir apa keluarga aku gimana?”
“Udah lah, kau sabar aja. Kita tidak tahu apa permasalahan nya sampai-sampai bapak kau milih perempuan yang lain”
“Kau tak tahu lagi. Masalahnya mamak bapak aku, nenek aku tu Ris, tega bener, dia mau jual rumah yang kami tempati sekarang, masak Cuma mau di ganti dengan kalung emas untuk mama aku, bapak aku juga membiarkan. Memang anak sama mama sama aja tidak punya hati, Tapi aku harus tegar dan tidak putus asa demi mama dan adik-adikku masa depan masih panjang. .” Ujar Riana sambil terisak nangis

Riska pun mulai terdiam sambil mengusap bahu Riana untuk menenangkannya. Memang tidak punya perasaan jangan hanya karena wanita lain wanita yang selama ini sudah memberikan 4 anak di lupakan.
“Udahlah, jangan pikirkan. Sekolah aja betul-betul nanti kalau sukses tidak tunggu orang lain untuk membantu kita. Karena kita sendiri bisa bahagia buktikan kita bisa tanpa mereka
 “Iya Ris, aku mau fokus bantu mama aku jaga adik aku, soalnya mama aku rencana mau kerja di malaysia. Gaji jualan kue tidak banyak. Untung ada mama nya mama nenek aku yang punya Rumah, dapat sementara kami numpang disana”.
“Iya, nanti tamat SMA kita sambung kuliah ya, karena dengan kuliah insyaallah peluang kita untuk sukses lebih besar”
“Oke Ris, kita berjuang bersama-sama”.
Masa UN telah tiba, dimana semua siswa sibuk memepersiapkan diri baik itu dari segi pelajaran, mental dan penampilan. Tak terkecuali Riska, Riana, Vivi dan Ika. Hingga saat pengambilan Nomor kelulusan datang. Siswa di wajibkan memakai baju kurang dan di larang membawa pilox dan mencoret-coret baju. Akan tetapi, mereka sudah sepakat menyimpan baju serta pilox di rumah teman mereka yang tidak jauh dari sekolah. Pengumuman kelulusan pun di mulai. Baik itu pembukaan, ucapan syukur dan do’a dan terakhir pembagian amplop yang menyatakan mereka LULUS atau TIDAK. Satu persatu amplop di bagikan. Suasa yang ramai tiba-tiba hening tidak terkecuali Riana dan temannya. Mereka berkumpul untuk membuka amplop, terdengarlah suara teriakan Lulus dari setiap murid yang bergantian.
“Yeee, aku lulus” Teriak Riana dengan lantang.
“Aku juga Lulus Hahahahaha”
            Pembagian kelulusan pun telah di bagikan, SMA mereka lulus 100%, Vivi dan Ika pun mendekat dan mulai membicarakan tentang pendidikan selanjutanya. Vivi, Ika dan Riska pun membicarakan dimana mereka akan kuliah dan memilih jurusan apa.Tetapi dengan Riana. Ia terdiam.
“Ko lanjutakn na? Kemarinkan udah janji”
“Aku kalau bisa mau lanjut, tapi aku mikir. Uang dari mana, siapa yang mau jaga adik-adik aku. Aku rencana mau kerja di Batam dulu ikut  tetangga aku di PT, tahun depan baru aku kuliah”.
“Keputusan yang bagus, aku setuju. Cari lah uang dulu,nanti baru kuliah”
“Dari pada sedih-sedih baik kita konvoi, ganti baju dulu baru nanti kita sempot sama minta tanda tangan kawan, untuk kenang-kenangan. Inikan terakhir kali kita pakai seragam” Sambung Ika.
Mereka pun bergegas kerumah salah satu teman mereka untuk berganti baju yang telah mereka  persiapkan, kembali dengan menyemprot baju serta minta tanda tangan. Barulah mereka mulai dengan aksi konvoi dari balai pemuda ( Tempat kumpul di daerah tanjungbatu). Disana terlihat dari berbagai Sekolah yang sudah berkumpul, mereka pun saling sapa, menyapa dan memulai aksi konvoi yang diikuti dengan ratusan siswa dari berbagai SMA sehingga sulit untuk polisi mengamankan, padahal sudah dilakukan sosialisasi dari pihak sekolah dan pengamanan saat ambil nomor yang di datangi oleh polisi.
Perasaan sedih Riana pun terbayarkan, Riana kini tetap melanjutkan pekerjaan nya di Batam di bandingkan kuliah karena menurutnya kuliah hanya menghabiskan uang, dan yang terpenting baginya  suskses bukan mendapatkan pekerjaan yang baik tetapi menghasilkan uang untuk membahagiakan keluarganya, Ia pun menjadi tulang punggung keluarga menggantikan Ibunya karena ia merasa Ibu nya hanya perlu dirumah istirahat dan menjaga adik-adikny





UNSUR INTRINSIK CERPEN ” DEMI KELUARGA”
 KARYA MIRA DIANTI

1.       Tema

Tema merupakan pokok permasalahan atau konflik sentral yang terkandung di dalam cerpen.  Seperti terdapat di bagian cerita dibawah ni :
Masalahnya mamak bapak aku, nenek aku tu Ris, tega bener, dia mau jual rumah yang kami tempati sekarang, masak Cuma mau di ganti dengan kalung emas untuk mama aku, bapak aku juga membiarkan. Memang anak sama mama sama aja tidak punya hati, Tapi aku harus tegar dan tidak putus asa demi mama dan adik-adikku masa depan masih panjang. .” Ujar Riana sambil terisak nangis.
Berdasarkan kutipan diatas jelaslah bahwa tema atau ide pokok cerita ini ialah seorang anak yang tegar menghadapi ujian dan problema dalam keluarga akan tetapi ia tidak putus asa dan pantang menyerah demi masa depan yang cerah.

2.      Alur
Alur yang terdapat dalam cerita ini ialah Maju-mundur

3.      Lattar
a.       Tempat
-          Dirumah
 “Sini ma, Riana bantu”. Sambil memegang adonan kue.
“Lain kali bangun yang cepat nak, tolong mama buat kue, takut tak sempat nanti tak cukup duitnya” Ujur Ibu Riana dengan nada agak menekan.
-          Di sekolah Didalam kelas dan minimarket
Sampainya Di sekolah Riska dan Riana pun di sapa kedua teman mereka yaitu Vivi dan Ika
Bel pun berbunyi, mereka pun masuk ke kelas untuk menerima pelajaran yang akan diberikan. Sepulangnya, Riana dan Riska pun bergegas meninggalkan sekolah dan menuju salah satu minimarket.
-          Di stadiun
Waktu yang di tunggu pun telah tiba. Sampailah Riana, Riska, Vivi dan Ika dengan memakai baju seragam bola di stadiun

b.      Waktu
-          pagi hari riana bangun untuk membantu ibunya membuat kue dan bersiap untuk kesekolah.
-          Siang hari pulang sekolah riana dan teman-temannya pergi ke minimarket membeli keperluan untuk membuat kue
-          Sore hari di stadiun riana dan temen-temannya bertemu dengan bapak riana

c.       Suasana
-          Sedih dan mengharukan karena bapak riana pergi dari rumah meninggalkan keluarga dan bapak riana malah minta persetujuan untuk menikah dengan perempuan lain, kemudian nenek riana menjual rumah yang ia tempati.

4.      Sudut pandang
Orang ketiga serba tahu

5.      Tokoh
-          Bapak riana
-          Ibu dan adik-adik riana
-          Nenek riana dari sebelah bapak
-          Nenek riana dari sebelah mama
-          Teman-teman riana vivi, riska, ika

6.      Penokohan
-          Bapak riana orangnya egois dan kurang bertanggung jawab terhadap keluarga
-          Ibu riana mempunyai watak yang tegar, pekerja keras dan menyayangi anak-anaknya
-          Nenek riana dari sebelah bapak berwatak tidak peduli terhadap cucu dan menantunya
-          Nenek riana dari sebelah mama berwatak peduli dengan mama riana dan cucunya
-          Teman- teman riana vivi, riska, ika teman yang selalu membantu riana serta memberi semangat dan dukungan atas masalah yang dihadapi riana.


7.      Amanat
Amanat yang dapat kita ambil dari cerpen ini bahwa kita jangan mudah menyerah dan putus asa atas ujian yang allah berikan, karena dengan bersikap tegar dan sabar maka akan melatih dan memperkuat kita dengan masalah yang ada. Allah tidak akan menguji umatnya melebihi batas kemampuan umat-Nya. Tetap semangat demi masa depan yang cerah.



            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar