DEMI KELUARGA
KARYA : MIRA DIANTI
Lantunan
Adzan subuh baru saja di kumandangkan, seketika bangunlah seorang gadis yang
bergegas-gegas menyiapkan diri untuk membantu Ibunya yang sehari-hari membuat
kue. ia adalah Riana. Riana baru saja duduk di bangku kelas 3 SMA, akan tetapi
ia sudah di libatkan dalam kesulitan perekonomian. Riana bukan golongan orang
yang susah, bahkan ia termasuk orang kelas menengah yang memiliki ayah seorang
kapten kapal. Terus mengapa dia membantu ibunya sehari-hari membuat kue? Inilah
yang menjadi kisah yang membuat Riana seakan bangkit dari kebiasaan nya yang
manja menjadi lebih mandiri, tidak lain tidak bukan karena broken home, ayah
Riana sengaja meninggalkan Ibu Riana tanpa kata cerai atau perpisahan.
“Sini
ma, Riana bantu”. Sambil memegang adonan kue.
“Lain
kali bangun yang cepat nak, tolong mama buat kue, takut tak sempat nanti tak
cukup duitnya” Ujur Ibu Riana dengan nada agak menekan.
“Iya
ma, ana juga tau. Lagi pun mau sekolah juga sebentar lagi ”Sahut Riana dengan
suara agak keras lalu pergi meninggalkan Ibunya dan bergegas ke kamar mandi.
Setelah selesai Riana pun bergegas
bersiap diri untuk pergi sekolah yang merupakan SMA terfavorit di kampungnya. Tidak
lupa sebelum sampai ke sekolah Riana menjemput teman dekat nya yang bernama
Riska. Kebetulan rumah Riska dan Riana Searah. Sampainya Di sekolah Riska dan
Riana pun di sapa kedua teman mereka yaitu Vivi dan Ika.
“Woi
Sini dulu” Teriak Vivi dan Ika. Vivi dan
Ika adalah adik beradik yang hanya selisih 1 tahun akan tetapi menjadi sekelas
karena Vivi yang merupakan adik Ika masuk sekolah lebih cepat dari umur
biasanya.
“Apa
sih, pagi-pagi udah teriak-teriak kayak orang gila”
“Enak
aja gila, nanti sore ada SMK BM sama SMA 3 yang tanding sore ni, pergi yuk
ramai-ramai kita pakai baju bola semua” Ujar Ika kesenangan.
“Yok
lah, memang kebetulan ada yang mau di lihat ni. Kita pergi ya na? Nanti aku
jemput? “ Tanya Riska
“Tapi,?”
“Sekali-kali
aja lah na, di jemput juga pun ”Bujuk Vivi”
“Oke,
tapi nanti pulang temanin aku dulu ya Ris, ke toko mau beli pesanan mama aku”
“Oke”.
Bel
pun berbunyi, mereka pun masuk ke kelas untuk menerima pelajaran yang akan
diberikan. Sepulangnya, Riana dan Riska pun bergegas meninggalkan sekolah dan
menuju salah satu minimarket.
Riana
pun mulai memilah-milih apa yang ingin ia beli.
“Tepung,
Telor, Gula, Bakingpowder, terus apalagi ya? Oh iya Susu”
“Ooh
beli peralatan buat kue, susu yang mana na? ” Sambil menunjukan dua merk susu.
“Bukan
lah. Ini ha susu cap buah”.
“Mana
enak tu untuk kue, coba yang lain dulu’.
“Ini
bukan untuk kue Riska sayang, ini untuk adik aku ” Mengambil 3 kaleng susu.
Seketika
Riska tersentak lalu terdiam. Dalam hati ia berbicara “Ya Allah anak kecil berumur
2-5 tahun seharusnya dikasih susu yang kotak yang memiliki gizi dan nutrisi
yang pas ini kok susu kaleng itu pun merk nya tidak terkenal”.
“Ya
udah, ambilah nanti sore jam 4 aku jemput” Ingat Riska kepada Riana
Waktu
yang di tunggu pun telah tiba. Sampailah Riana, Riska, Vivi dan Ika dengan
memakai baju seragam bola di stadiun. Tiba-Tiba ada yang menarik tangan Riana, Lelaki
separuh baya. Riana pun bergegas mendatangi dan menyalaminya.Vivi dan Ika pun
melirik ke Riska seperti memberi kode siapakah lelaki yang di dekati Riana.
“Eh
sinilah dulu, Ini puang aku. Sebutan Riana terhadap lelaki itu. Ini Bapak aku, kalau
dalam bugis Bapak di panggil puang atau ambok”
Bukannya
mendekat, Riska, Vivi dan Ika pun mulai merasa aneh. Selama-lama ini mereka
berteman baru pertama kali mereka mengetahui bahwa itu adalah Ayah Riana.
“Pak
minta duit, Mama minta duit untuk belanja, sama uang susu adik. Degan bergegas
di keluarkan uang yang mungkin Rp 500.000 Dari dompetnya yang tebal itu”
Akhirnya
Riana mulai membuka cerita tentang apa yang di alami keluarganya, terutama
dengan teman dekat nya Riska. cerita tersebut berlanjutlah sampai keesokan
harinya.
“Ris,
aku mau cerita, jangan kasih tau siapa-siapa ya” ujar Riana sambil menahan
tangisnya.
“Kenapa?
Cerita ajalah, aku kan kawan kau, kita kan sudah lama berteman dan tahu aku gimana,
tak mungkinlah aku ceritakan sama orang lain”.
“Ris,
bapak aku kenalkan aku sama ceweknya, dia mau nikah sama orang itu, dia minta
persetujuan aku, mana lah aku suka. Tidak ada perasaan, tak mikir apa keluarga
aku gimana?”
“Udah
lah, kau sabar aja. Kita tidak tahu apa permasalahan nya sampai-sampai bapak
kau milih perempuan yang lain”
“Kau
tak tahu lagi. Masalahnya mamak bapak aku, nenek aku tu Ris, tega bener, dia mau
jual rumah yang kami tempati sekarang, masak Cuma mau di ganti dengan kalung
emas untuk mama aku, bapak aku juga membiarkan. Memang anak sama mama sama aja
tidak punya hati, Tapi aku harus tegar dan tidak putus asa demi mama dan adik-adikku
masa depan masih panjang. .” Ujar Riana sambil terisak nangis
Riska
pun mulai terdiam sambil mengusap bahu Riana untuk menenangkannya. Memang tidak
punya perasaan jangan hanya karena wanita lain wanita yang selama ini sudah
memberikan 4 anak di lupakan.
“Udahlah,
jangan pikirkan. Sekolah aja betul-betul nanti kalau sukses tidak tunggu orang
lain untuk membantu kita. Karena kita sendiri bisa bahagia buktikan kita bisa
tanpa mereka
“Iya Ris, aku mau fokus bantu mama aku jaga
adik aku, soalnya mama aku rencana mau kerja di malaysia. Gaji jualan kue tidak
banyak. Untung ada mama nya mama nenek aku yang punya Rumah, dapat sementara
kami numpang disana”.
“Iya,
nanti tamat SMA kita sambung kuliah ya, karena dengan kuliah insyaallah peluang
kita untuk sukses lebih besar”
“Oke
Ris, kita berjuang bersama-sama”.
Masa
UN telah tiba, dimana semua siswa sibuk memepersiapkan diri baik itu dari segi
pelajaran, mental dan penampilan. Tak terkecuali Riska, Riana, Vivi dan Ika. Hingga
saat pengambilan Nomor kelulusan datang. Siswa di wajibkan memakai baju kurang
dan di larang membawa pilox dan mencoret-coret baju. Akan tetapi, mereka sudah
sepakat menyimpan baju serta pilox di rumah teman mereka yang tidak jauh dari
sekolah. Pengumuman kelulusan pun di mulai. Baik itu pembukaan, ucapan syukur
dan do’a dan terakhir pembagian amplop yang menyatakan mereka LULUS atau TIDAK.
Satu persatu amplop di bagikan. Suasa yang ramai tiba-tiba hening tidak
terkecuali Riana dan temannya. Mereka berkumpul untuk membuka amplop, terdengarlah
suara teriakan Lulus dari setiap murid yang bergantian.
“Yeee,
aku lulus” Teriak Riana dengan lantang.
“Aku
juga Lulus Hahahahaha”
Pembagian kelulusan pun telah di
bagikan, SMA mereka lulus 100%, Vivi dan Ika pun mendekat dan mulai
membicarakan tentang pendidikan selanjutanya. Vivi, Ika dan Riska pun
membicarakan dimana mereka akan kuliah dan memilih jurusan apa.Tetapi dengan
Riana. Ia terdiam.
“Ko
lanjutakn na? Kemarinkan udah janji”
“Aku
kalau bisa mau lanjut, tapi aku mikir. Uang dari mana, siapa yang mau jaga
adik-adik aku. Aku rencana mau kerja di Batam dulu ikut tetangga aku di PT, tahun depan baru aku
kuliah”.
“Keputusan
yang bagus, aku setuju. Cari lah uang dulu,nanti baru kuliah”
“Dari
pada sedih-sedih baik kita konvoi, ganti baju dulu baru nanti kita sempot sama
minta tanda tangan kawan, untuk kenang-kenangan. Inikan terakhir kali kita
pakai seragam” Sambung Ika.
Mereka
pun bergegas kerumah salah satu teman mereka untuk berganti baju yang telah
mereka persiapkan, kembali dengan
menyemprot baju serta minta tanda tangan. Barulah mereka mulai dengan aksi
konvoi dari balai pemuda ( Tempat kumpul di daerah tanjungbatu). Disana
terlihat dari berbagai Sekolah yang sudah berkumpul, mereka pun saling sapa, menyapa
dan memulai aksi konvoi yang diikuti dengan ratusan siswa dari berbagai SMA
sehingga sulit untuk polisi mengamankan, padahal sudah dilakukan sosialisasi
dari pihak sekolah dan pengamanan saat ambil nomor yang di datangi oleh polisi.
Perasaan
sedih Riana pun terbayarkan, Riana kini tetap melanjutkan pekerjaan nya di
Batam di bandingkan kuliah karena menurutnya kuliah hanya menghabiskan uang, dan
yang terpenting baginya suskses bukan
mendapatkan pekerjaan yang baik tetapi menghasilkan uang untuk membahagiakan
keluarganya, Ia pun menjadi tulang punggung keluarga menggantikan Ibunya karena
ia merasa Ibu nya hanya perlu dirumah istirahat dan menjaga adik-adikny
UNSUR
INTRINSIK CERPEN ” DEMI KELUARGA”
KARYA MIRA DIANTI
1. Tema
Tema
merupakan pokok permasalahan atau konflik sentral yang terkandung di dalam
cerpen. Seperti terdapat di bagian
cerita dibawah ni :
Masalahnya
mamak bapak aku, nenek aku tu Ris, tega bener, dia mau jual rumah yang kami
tempati sekarang, masak Cuma mau di ganti dengan kalung emas untuk mama aku, bapak
aku juga membiarkan. Memang anak sama mama sama aja tidak punya hati, Tapi aku
harus tegar dan tidak putus asa demi mama dan adik-adikku masa depan masih
panjang. .” Ujar Riana sambil terisak nangis.
Berdasarkan
kutipan diatas jelaslah bahwa tema atau ide pokok cerita ini ialah seorang anak
yang tegar menghadapi ujian dan problema dalam keluarga akan tetapi ia tidak
putus asa dan pantang menyerah demi masa depan yang cerah.
2. Alur
Alur
yang terdapat dalam cerita ini ialah Maju-mundur
3. Lattar
a. Tempat
-
Dirumah
“Sini ma, Riana bantu”. Sambil memegang adonan
kue.
“Lain
kali bangun yang cepat nak, tolong mama buat kue, takut tak sempat nanti tak
cukup duitnya” Ujur Ibu Riana dengan nada agak menekan.
-
Di sekolah Didalam kelas dan minimarket
Sampainya Di sekolah Riska dan
Riana pun di sapa kedua teman mereka yaitu Vivi dan Ika
Bel
pun berbunyi, mereka pun masuk ke kelas untuk menerima pelajaran yang akan
diberikan. Sepulangnya, Riana dan Riska pun bergegas meninggalkan sekolah dan
menuju salah satu minimarket.
-
Di stadiun
Waktu yang di tunggu
pun telah tiba. Sampailah Riana, Riska, Vivi dan Ika dengan memakai baju
seragam bola di stadiun
b. Waktu
-
pagi hari riana bangun untuk membantu
ibunya membuat kue dan bersiap untuk kesekolah.
-
Siang hari pulang sekolah riana dan
teman-temannya pergi ke minimarket membeli keperluan untuk membuat kue
-
Sore hari di stadiun riana dan
temen-temannya bertemu dengan bapak riana
c. Suasana
-
Sedih dan mengharukan karena bapak riana
pergi dari rumah meninggalkan keluarga dan bapak riana malah minta persetujuan
untuk menikah dengan perempuan lain, kemudian nenek riana menjual rumah yang ia
tempati.
4. Sudut
pandang
Orang
ketiga serba tahu
5. Tokoh
-
Bapak riana
-
Ibu dan adik-adik riana
-
Nenek riana dari sebelah bapak
-
Nenek riana dari sebelah mama
-
Teman-teman riana vivi, riska, ika
6. Penokohan
-
Bapak riana orangnya egois dan kurang
bertanggung jawab terhadap keluarga
-
Ibu riana mempunyai watak yang tegar,
pekerja keras dan menyayangi anak-anaknya
-
Nenek riana dari sebelah bapak berwatak
tidak peduli terhadap cucu dan menantunya
-
Nenek riana dari sebelah mama berwatak
peduli dengan mama riana dan cucunya
-
Teman- teman riana vivi, riska, ika
teman yang selalu membantu riana serta memberi semangat dan dukungan atas
masalah yang dihadapi riana.
7. Amanat
Amanat
yang dapat kita ambil dari cerpen ini bahwa kita jangan mudah menyerah dan
putus asa atas ujian yang allah berikan, karena dengan bersikap tegar dan sabar
maka akan melatih dan memperkuat kita dengan masalah yang ada. Allah tidak akan
menguji umatnya melebihi batas kemampuan umat-Nya. Tetap semangat demi masa
depan yang cerah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar